Kamis, 08 Mei 2014

EXISTENCE & LIFE

Bergerak atau diam, sebuah pilihan hidup


bergerak terus, bekerja terus, perpikir terus, dan terus hidup, tidak ada kata lain selain tindakan dan bekerja, soal status hanyalah merupakan lambang dunia, soal perut lebih utama.
Sebuah pergulatan untuk mempertahankan eksistensi kehidupan dikota metropolitan Jakarta, ayah, ibu, anak, mantu dan cucu sebuah keluarga besar yang harus hidup dan makan dalam kubangan besar kota, tidak ada kata menyerah yang harus diingat hanyalah lawan dan berjuang untuk tetap makan lalu bisa hidup.
Karena hidup adalah karunia, jangan disia-siakan.




father worked
mother worked
son worked
daughter worked
son/daughter in law worked
grandchild playing is worked
all of them have got the stomach
do not give up

siapapun dia, kebahagiaan adalah sama
siapapun dia, kebersaaam adalah rasa
tidak ada irihati yang dicipta
cuma naluri untuk tetap hidup adalah diatas segalanya
si dewasa dan bekerja mengandung banyak arti
anak-anak bermain dan bermain adalah juga bekerja
menjalani hidup bersama adalah harmony 
menjalani karunia tuhan adalah rasa berterima kasih



ayah bekerja
ibu bekerja
anak bekerja
menantu bekerja
cucu bermain juga bekerja
semua punya perut

jangan menyerah





 whoever they are, happiness is same
whoever they are, togetherness is soul mate
there’s no spitefulness were created
just instinct to survive is above all
the adult and the works, contain many meaning
the grandchild playing is work to make happy the parent and grandparent
living together is harmony
carryout the gift of god is feeling grateful 



semua ada karena dibutuhkan
menjadi pemeran utama atau tidak bukan soal




















Sabtu, 03 Mei 2014

Potatoes harvest in the Village

Panen kentang


 I believed that you ever been eat the potatoes, especially fried or boiled potatoes but did you know how to harvest the potatoes?

Pernah makan kentang ? pasti pernah, tetapi pernah memanen kentang ? pasti tidak semua orang pernah melakukannya, kecuali petani kentang itu sendiri.



Ketika sinar matahari pagi masih terhalang gunung dan bukit, tertahan oleh kabut dan embun pagi, beberapa petani didesa Pagerwangi Lembang telah mulai sibuk berada diladangnya, dan diminggu pagi itu ketika kakiku mulai terasa lelah dan memberi sinyal untuk berhenti setelah jogging rutinku sejak jam lima subuh tadi, maka tempat istirahat yang paling enak menurutku adalah bergabung dengan petani yang sedang memanen kentang dan dengan segera waktu istirahat ini memberikan kesempatan pada kameraku untuk mengambil gambar gerak gerik petani dalam tariannya memanen kentang.





Man and women join together fully with their chat, laughing and joke, sweat and morning sunshine is a friend now and I only seat under in the shadow of the big tree to watched their activities in the field, so happy and joyful.







"Assalamualikum " kataku segera dan duduk diantara mereka

"walaikum salam " beberapa menyahut serentak
" ngiring panen kengin "
"oh mangga, nanging iasa kotor anggona na "
" gak apa-apa, kuring calik disini saja, sambil nyandak foto "
" ih si bapa, kuring mah sanes artis tipi "
tertawalah semua sambil melanjutkan pekerjaannya sesekali tersenyum dan malu bila lensa kameraku mengarah kewajahnya.




Rasanya sungguh indah bergabung dengan mereka, tawa canda dengan bahasa sehar-hari membuat suasana panen kentang menjadi sangat menyenangkan dan penuh kekeluargaan.
Apalagi ketika aku dikejutkan dengan kehadiran ceret berisikan teh panas yang ditemani beberapa buah kentang rebus.
"mangga den " katanya
"haturnuhun "
"eta kentang kamari, kalo kentang baru masih tidak enak direbus, masih ada getahnya"
aku cuma mengangguk mengiyakan sementara tanganku sibuk mengupas kulit kentang agar segera bisa masuk kedalam tenggorokanku.
















Selama ini rasa enak kentang yang disajikan apakah itu dirumah atau di restaurant ternyata rasanya sama enak dengan menikmati panen ketang itu sendiri.

Ikut memanen kentang telah melengkapi pengalaman hidupku yang selama ini hanya tahu bagaimana memakannya.
Terima kasih Tuhan.