Kamis, 27 September 2018

Melihat Baduy (bersama Kartun Sawah Baru)


Hari Pertama
Jum’at malam tepat jam sembilan  briefing dilakukan di ruang tunggu stasiun Kereta Sudimara KotaTangerang Selatan, seluruh peserta segera memeriksa bawaannya masing-masing, absensi peserta kembali diulang dan sekalian penyerahan kartu tiket untuk masuk kedalam peron dan dari sinilah dimulailah perjalanan menuju Kampung Baduy di Propinsi Banten.

Diprakarsai oleh komunitas pemuda Kampung Sawah Baru didalam organisasi Karang Taruna (Kartun) perjalanan penjelajahan ke kampung Baduy cukup banyak mendapat respon, jika diamati maka jumlah peserta lebih dari 40 orang dengan berbagai ragam usia antara 15 sampai 65 tahun, hal ini menunjukan bahwa masyarakat sudah mulai sadar wisata, apalagi wisata budaya dan alam ini merupakan sebuah petualangan, rasanya perlu ditanyakan mengapa mereka berminat untuk ikut petualangan ini terutama mereka yang sudah berusia diatas empat puluh tahun.

Beberapa menit kemudian terdengar suara pemberitahuan menggema di sepanjang peron bahwa kereta dengan tujuan Rangkas Bitung segera akan merapat dan ini membuat rombongan segera bersiap ditepi peron sambil sebagian sibuk dengan kamera masing-masing membuat foto diri untuk dikabarkan ke keluarganya atau untuk status terakhir di medsos.

Kebetulan kondisi kereta dalam keadaan tidak penuh mengingat jam pulang kantor sudah terlewati sehingga sebagian anggota rombongan mendapatkan tempat duduk terutama para wanita dan selewat dari stasiun berikutnya secara perlahan semua peserta telah duduk dikereta dan sebagian juga sudah terlelap tidur.

Menempuh perjalanan lebih dari satu setengah jam kereta tiba di stasiun Rangkas Bitung yang merupakan tujuan akhir perjalanan ini kereta, seluruh penumpang tumpah ruah termasuk rombongan kartun yang bergegas keluar stasiun berjalan menuju terminal bis dimana sudah menanti dua mobil sejenis ELF sebagai angkutan umum yang akan membawa rombongan.

Untuk lebih leluasa didalam mobil maka seluruh bawaan diletakan diatas mobil hanya saja ada rasa khawatir akan keamanannya tetapi hal tersebut dapat ditepis dengan adanya anggota rombongan yang ikut duduk diatas mobil sehingga penumpang dapat melanjutkan tidurnya didalam mobil walauun dengan kondisi saling berhimpitan dan suasana inilah yang kemudian menjadi pembuka dan pendobrak suasana kaku diantara peserta yang sebelumnya belum saling kenal apalagi perjalanan dari menuju desa Cibolegar cukup memakan waktu dan rasanya sudah mulai timbul rasa setia kawan dan saling membutuhkan diantara rombongan.

Kondisi jalan cukup baik airtinya sebagian penumpang nampak tertidur pulas dan sebagian masih belum bisa memejamkan mata atau serius memperhatikan suasana perjalanan karena terasa sekali dikegelapan kontur jalan naik dan turun tetapi tidak membuat kenyamanan yang tertidur terganggu sampai tiba di lokasi dimana terbaca dengan jelas tulisan “Cibolegar” tujuan akhir dari bis ini yaitu pintu masuk “Baduy Luar “

benar juga seperti disarankan sebelumnya untuk membawa alat penerangan karena ditempat ini tidak tersedia penerangan yang memadai sehingga dibutuhkan penerangan tambahan yaitu senter terutama pada saat berjalan mengingat kondisi jalan yang berbatu dan bertangga. Tempat yang paling utama dituju adalah toilet umum, maklumlah dalam kondisi lelah, ngantuk dan cuaca cukup dingin maka masing-masing merasa paling perlu untuk ke toilet tidak terkecuali dan kebetulan kondisi toiletpun cukup nyaman sehingga tidak ada larangan untuk menikmatinya


 


Setelah dirasakan cukup maka perjalanan dilanjutkan menuju tempat penginapan yang berupa rumah panggung berdinding anyaman bambu dengan penerangan tradisional sehingga sangat terasa sekali bahwa kita berada didesa, diatas panggung sudah tersedia ceret berisikan teh hangat atau kopi dengan nyamikan ubi rebus dan itupun cepat ludes ternikmati oleh rombongan, sambil menikmati istirahat dilakukan pembagian tempat istirahat dimana peserta pria dan wanita ditempatkan terpisah sesuai dengan peraturan desa setempat dan waktu sudah semakin larut menuju pukul dua malam satu persatu anggota rombongan telah menuju rumah yang sudah ditentukan untuk beristirahat dikegelapan suasana dan semilir angin desa yang sejuk ditambah nyalanya tunggu didalam rumah sehingga rasa hangat bercampur air segar terasa nikmat untuk dibawa tidur.

Hari Kedua

Beruntung jika kita membawa jam karena tidak ada petunjuk bahwa waktu subuh telah tiba, hanya kokok ayam yang bisa jadi pertanda dan bagi yang terbiasa bangun dipagi hari akan sangat beruntung mendapatkan toilet yang tidak harus antri dan ini membuat kenyamanan tersendiri, mandi dengan air yang dingin dan kemudian menikmati teh atau kopi dan anggota kartun cukup lincah, nampak para putri sudah sibuk didapur menyiapan sarapan pagi untuk rombongan dibantu para pria dimana sebagian peserta sudah sibuk dengan gaya dan model untuk berfoto ria yang terkagum dengan suasana pagi didesa ini, menikmati para penduduk berlalu lalang dengan pakaian khas desa atau sebagian mencoba berkomunikasi dengan penduduk.





Jam delapan tiga puluh seluruh peserta berkumpul untuk kembali dilakukan breifing dan sedikit dilakukan pemanasan agar otot-otot yang sudah beristirahat kembali dipanaskan untuk sebuat perjalanan yang sesuai informasi dalam breifing bahwa perjalanan menuju “Baduy dalam “ akan melalui jalan atau bukit  yang cukup terjal baik naik maupun turun dan dengan jarak tempuh lebih dari dua belas kilometer, tidak ada sanggahan atau keluhan ketika informasi ini diberikan yang ada adalah semangat untuk menyelesaikan perjalanan dan beruntung juga bahwa disini tersedia jasa porter untuk membantu membawa bawaan yang kemungkinan akan mengganggu atau menambah beban didalam perjalanan dan imbalan jasa yang diminta tidaklah mahal dan wajar jika dibandingkan dengan kondisi alam yang akan dilalui.

Kang Odil demikian kami memanggilnya, pria asli Baduy pemilik rumah/home stay dan juga  yang menjadi pemandu di rombongan kami memberikan petunjuk bagaimana berperilaku didalam perjalanan, hal ini dimaksudkan untuk menghormati peraturan setempat sehingga rasa saling menghargai diantara tamu dan tuan rumah dan hal ini disetujui dan akan ditaati oleh seluruh peserta.















Jam sembilan pagi mulailah perjalanan yang sebenarnya, menaiki tangga batu, menuruni susunan batu dan melawati rumah-rumah dengan arsitektur khas Baduy dimana tidak ada unsur logam dalam mendirikan rumah, semua terbuat dari bahan alami terutama bambu dan kayu, kontur desa-desa di Baduy sangat menantang tetapi jangan kuatir hampir diseluruh jalan desa sudah terbuat dan tersusun batu-batu alam sehingga hampir tidak dijumpai jalan dengan kondisi becek atau kebetulan sedang musim kemarau. Jalan menanjak sangat dominan dan ketahanan tubuh sangat diperlukan tetapi semua terbayar dengan suasana desa, pemandangan dan kondisi alam yang indah yang memang belum pernah dijumpai ( bagi yang pertama kali kesini) apalagi warga asli nampak tidak terganggu dengan kehadiran kami .

Phisik memang benar diuji disini, cuaca terik sangat terasa dan kondisi kontur yang terus menanjak sangat menantang walaupun ada juga dijumpai tempat istirahat yang nyaman untuk mengumpulkan tenaga kembali.
































































  
 






Tempat istirahat pertama jam 11.00
ditandai dengan jembatan ini
 















































Selepas dari istirahat perjalanan dilanjutkan kembali












Tempat istirahat kedua jam 12.30






















Benar seperti yang disampaikan teman-teman ketika mendengar bahwa ikut perjalanan ke Baduy merupakan tantangan karena ada sebuah tanjakan yang sangat ekstrim dan mungkin hanya orang-orang dengan phisik kuat dan penuh semangat  yang  dapat melaluinya dan tanjakan itu sering disebut “ tanjakan ngehe “ dan ditempat istirahat inilah tanjakan itu akan segera dijumpai.

Tidak banyak kata-kata ketika tanjakan ngehe ini mulai ditapaki, masing-masing berkonsentrasi penuh terhadap dirinya sendiri, yang mempunyai kelebihan berat badan pasti akan merasa bahwa napas didada terasa berat dan saling berlomba untuk dihembuskan, tidak ada konsentrasi untuk berfoto walapun tidak ada larangan dan sempat berisitirahat, semua daya upaya tubuh hanya diperlukan untuk segera melewati tanjakan ekstrim ini, kemiringan yang cukup membuat tangan mudah menyentuh tanah, istirahat lebih sering disampaikan agar kondisi tubuh bisa kembali normal tetapi terik matahari lebih sering jadi alasan untuk lebih cepat kembali berjalan dan tidak banyak tempat untuk berteduh juga merupakan alasan, sesekali canda lelah terdengar dan canda penyemangat juga ada, beberapa anggota kartun mulai memasang tali  yang diikatkan di pohon diujung akhir tanjakan agar peserta yang masih meniti di tanjakan dapat menggunakan tali sebagai bantuan sebagai railing  untuk mereka yang memerlukan , dengan cara ini kekuatan tangan ikut membantu tubuh bergerak.

Semua peserta ternyata punya nyali untuk menyelesaikan tanjakan ini dan tidak ada satupun yang tertinggal sampai diujung tanjakan dan merupakan lokasi untuk melepas lelah sambil menikmati makan siang yang sudah disiapkan oleh pengurus kartun, tidak perlu komplain karena waktu makan siang sudah terlambat atau menu yang tidak sesuai selera, semua menikmati dan harus menikmati karena perjalana masih memerlukan tenaga tambahan dan kebetulan waktu untuk istirahat dibuat sedikit longggar sehingga dapat digunakan untuk tidur atau meregangkan tubuh ditanah, rumput ataupun rumah yang hanya satu-satunya disini yang juga menyediakan air panas bagi yang membutuhkan.

Hampir lebih dari satu jam istirahat ditempat ini dan sebelum perjalanan dilanjutkan dengan kesepakatan semua handphone dikumpulkan dan disimpan disatu tempat yang dengan jaminan bahwa tidak akan hilang dan diberi lebel nama pemilik, sebab sesuai peraturan tidak diperbolehkan mengambil gambar dilokasi perjalanan dan dilokasi Baduy dalam, beberapa aturan juga ditambahkankan diantaranya tidak diperbolehkan berteriak-teriak, merusak pohon atau senda gurai yang berlebihan dan perjalanan selanjutnya juga bukan perjalanan yang mudah jadi jangan merasa sombong hanya karena sudah melawati “ tanjakan ngehe “ini.

Kali ini perjalanan lebih banyak melewati hutan dan dengan kondisi jalan yang memerlukan kehati-hatian karena susunan batu yang tidak beraturan dan sedikit licin karena lembah walaupun tetap saja ada pendakian dan menurun, sebetulanya banyak spot foto yang cukup menarik tetapi hal ini tidak dapat dilakukan jadi cukup disimpan didalam memori otak masing-masing, ada jembatan bambu, ada sungai kecil, ada view yan indah dan komplek tempat penyimpanan logistik warga Baduy yang berupa rumah-rumah panggung kecil yang berisikan padi atau kebutuhan hidup lainnya.

Hujan kecil turun ketika langkah kaki memasuki jalan menuju pemukiman suku Baduy Dalam, beberapa orang mulai menyiapkan jas hujan dan bagi yang tidak sempat harus pasrah walaupun sebenarnya rasa lelah yang membuat malas untuk berlindung dibalik jas hujan dan kemungkinan akan menambah beban tubuh dan memasuki gerbang pemukiman yang ditandai sungai yang harus dilalui melewati jembatan bambu dan bagaikan sambutan selamat datang hujan semakin deras dan seluruh peserta berhamburan menuju rumah yang ada dipemukiman tersebut dan waktu sudah menunjukan waktu pukul lima lebih sore yang berarti perjalanan dari pemukiman Baduy Luar menuju Baduy Dalam ditempuh dalam waktu  hampir 7 jam, sebuah perjalanan yang bukan sebentar dan dengan hanya dapat ditempuh dengan penuh tekad dan semangat serta nyali yang kuat.

Sebuah peraturan lagi yang harus ditaati adalah tidak diperbolehkannya menggunakan sabun, shampo untuk keperluan mencuci badan dan pasti gigi untuk membersihkan gigi sebagaimana dilakukan sehari-hari dan sangat kebetulan bahwa di pemukiman ini tidak ditemukan fasilitas MCK jadi semua harus dilakukan di sungai. Disinilah peserta yang harus menyusuaikan diri dengan kondisi lokal, tidak bisa protes, tidak bisa menyesal dan tidak bisa menolak lalu selebihnya lakukan atau tidak mandi, dan harus dilakukan pada kondisi tidak ada penerangan selain lampu senter bawaaan atau lampu tempel ditiap rumah, sehingga untuk membersihan badan terbentuklah kelompok-kelompok kecil hanya untuk saling berlindung dan saling menolong dalam urusan MCK, bisa dibayangkan bagaimana suasana di sungai yang penuh kegelapan tetapi harus membersihan badan atau membuang kotoran, tetapi semua itu dapat dilalui dengan baik walaupun dengan kesan sendiri sendiri.

Kesigapan anggota kartun patut diacungkan jempol karena dengan kondisi penerangan seadanya  tidak lebih dari jam delapam hidangan santap malam sudah tersedia dengan kondisi darurat apa adanya, tidak boleh protes dan tidak ada keluhan apalagi  ditambah adanya kopi dan teh hangat, persoalan rasa tidak lagi jadi prioritas dan yang ada adalah kebersamaan dan kebahagiaan bersama.

Hujan masih rintik-rintik ketika acara temu muka dengan pemuka suku Baduy Dalam dilaksankaan di beranda teras panggung rumah dengan suasana penuh keakraban dengan diperlsilahkan pertanyaan sebebas mungkin sesuai takaran masing-masing, beruntuk diantara peserta ada yang bertindak sebagai penterjemah dan ini membuat keakraban dalam tatap muka ini sehingga tanpa terasa waktu sudah menunjukan sudah mendekati pukul dua belas malam ketika tatap muka ditutup dengan pemberian cindera mata dari kartun Sawah Baru dan yang paling terkesan adalah tidak adanya dokumentasi foto didalam suasana seperti ini sampai masing-masing tertidur lelap ditempatnya masing-masing yang tanpa komunikasi selular atau tanpa penerangan listrik,  dapat dilalui dengan penuh makna dan maklum sampai terbangun esok harinya.



HARI KETIGA

Bagi yang sudah terbiasa bangun subuh akan sangat beruntung karena diwaktu inilah saat yang tepat untuk pergi ke sungai melaksanakan berbagai kebutuhan pribadi, dan jangan kuatir karena sudah ada pembagian area sehingga untuk keperluan MCK ini tidak perlu kuatir akan bercampur antar gender tetapi tidak bisa menghilangkan rasa ingin tau satu sama lain, sedikit menengok akan tampak mereka atau sedikit siulan akan terjawab hanya saja hal ini tidak dilakukan karena secara sudah diwanti-wanti jangan melanggar aturan desa walaupun tidak tertulis sehingga akibatnyapun hanya disampaikan lisan bahwa segala perbuatan yang melanggar aturan sanksinya akan dialami sensdiri oleh yang bersangkukan alias kualat.

Rasanya semua komplain mengenai kondisi didesa ini hanya tersimpan didalam hati dan mungkin telah menjadi maklum,  yang pasti kesigapan para putri Kartun Tanah baru kembali dapat dirasakan dimana sarapan pagi telah kembali disiapkan.

Di pemukiman Baduy Dalam hanya ada dua warna untuk berpakaian yaitu warna putih untuk kebaya kaum perempuan dan warna hitam untuk bawahan demikian pula untuk kamu lelaki menggunakan pakaian bagian atas berwarna putih dengan ikat kepala putih sedangkan bawahan juga berwarna hitam yang bentuk modelnya hampir sama dengan kaum perempuan menyerupai rok pendek.

Sangat kebetulan ternyata pagi ini ada acara persiapan upacara perkawinan sehingga kesempatan ini dapat dinikmati semua peserta walaupun tidak dapat mengabadikannya, para perempuan berkumpul dirumah calon mempelai wanita sehingga pemandangan ini membuat kami ingin tau apa yang mereka perbuat disana, nampak dikejauhan para perempuan berlarian kecil bagaikan takut tertinggal menuju rumah mempelai wanita.

Dirumah itu sebagian duduk diteras panggung dan sebagian berkumpul ditangga atau dibawah, masing mempunyai tugas, ada yang membuat nampan dari bambu dan ada yang menyiapkan dan memberikan sirih kepada mereka yang datang, suasa semarak ini hanya dapat disimpan dimemori kepala tanpa berani untuk mengambil gambarnya dan kami pun segera bergeser menjauh ketika sudah ada tanda dari ketua rombongan untuk segera berkumpul untuk briefing sebelum meninggalkan desa ini dan seperti biasa Kang Udil memberikan pesan-pesan bahwa perjalanan akan segera dimulai kembali dan untuk kali ini akan melewati rute yang berbeda dan kebetulan akan melewati area hutan larangan dimana beberapa hal yang harus ditaati, diantaranya tidak boleh meludah,  tidak boleh berteriak-teriak, tidak boleh merusak pepohonan atau bangunan yand ada dan senantian berada dalam rombongan dan sekali lagi tidak boleh memotret walaupun, rupanya larangan memotret kembali disampaikan karena dikhawatirkan masih ada anggota yang belum mengumpulkan handphonenya.

Jam sembilan seluruh anggota sudah siap, barang-barang yang dibawa oleh portir sudah berada dipundak mereka dan langkah kaki keluar dari pemukiman Baduy Dalam kembali dimulai menuju jembatan bambu dimana sungai dibawahnya merupakan fasilitas MCK kami, sambil penuh senyum dan sedikit tawa tanpa mengharap dapat jawaban “ tadi ada yang ngintipin kita mandi gak ya “ .

Istirahat semalam cukup memulihkan tenaga, buktinya tidak ada peserta yang mengeluh ketika perjalanan mulai memasuki hutan,  hanya pertanyaan yang sering diulang ditujukan kepada kang Udil  adalah  “ kita akan lewat berapa tanjakan “ atau “ tanjakannya gak seperti yang kemarin kan “ atau “ kira-kira berapa lama kita harus jalan “ dan dengan bijaksana kang Udil menjelaskan bahwa perjalanan kali ini tidak terlalu berat, hanya akan melewati  dua bukit, dua kampong dan ini juga dikuatkan oleh akang-akang porter.

Benar seperti apa yang dikatakan kang Udil, dua bukit bukan berarti tanpa tanjakan dan turunan ternyata medannya sama dengan kondisi medan ketika berangkat memerlukan tenaga dan menurut teman-teman medan lebih panjang dan licin apalagi ketika melewati hutan larangan, bebatuan dan kondisi jalan yang cukup curam sangat disarankan untuk berhati-hati melewatinya dan perjalanan lepas melalui hutan larangan ditempuh dalam waktu 3 jam, cukup untuk dikenang dan diingat.

Istirahat setelah hutan larangan jam 12.00



















Pengembalian  HP diluar hutan larangan.















suasana istirahat dan menahan rasa lapar











Perjalanan dilanjutkan kembali setelah istirahat dan sedikit pembagian makanan snack ringan yang masih ada, menikmati rokok atau minum sepuasnya air alam yang diambil dari mata air yang terletak tidak jauh dari lokasi istirahat walaupun dengan penuh perjuangan karena berada dilembah, beruntung teman-teman yang kuat merelakan diri untuk membantu mengambilkan air dan ini sangat membantu sebab perjalanan ternyata masih panjang dan tetap saja naik turun bukit dan melawati kampong pemukiman Baduy luar lainnya dan kali ini cukup lumayan karena kamera bisa digunakan untuk mengabadikan momen-momen dimana mata akan dimanjakan oleh alam untuk dinikmati dan yang peling penting adalah ada tempat untuk istirahat.

























































































dan tanpa terasa perjalanan berakhir di pukul lima sore dimana angkutan ELF sudah menunggu untuk mengantar kami ke stasiun Rangkas Bitung kembali ke kehidupan semula.

Catatan perjalanan   20-21-22 Juli 2018, Terima kasih teman-teman Kartun Sawah Baru