Tidak ada yang mengira bahwa bisa terjebak macet pada pukul
enam pagi di Pluit, tepatnya dijalan masuk ke kawasan pelabuhan perikanan Muara
Angke, supir grab sebelumnya sudah memberikan informasi bahwa setiap week end
pagi jalan masuk ke pelabuhan perikanan Muara Angke macet total tetapi dengan
pengetahuan yang terbatas mencoba menganalisa secara sendiri-sendiri dengan
pengalaman sendiri, bahwa sabtu adalah bukan hari kerja jadi mana mungkin akan
macet seperti kondisi kota Jakarta pada umumnya.
Selepas tikungan jalan pasar pluit kendaraan sudah mulai
tersendat, didalam mobil kami mulai saling pandang dan mencoba untuk tidak
percaya, ini mungkin hanya sesaat atau hanya kebetulan saja tetapi melihat
banyaknya para penjalan kaki lengkap dengan back packernya yang menurut kami
mereka juga bagian dari kami yang ingin menuju pelabuhan Kalimati secara
perlahan kami mulai mempercayai, pergerakan mobil semakin lambat dan hamper
tidak berjalan, sedangkan waktu mulai merambat naik padahal sesuai jadwal ,
peserta trip kepulauan seribu harus sudah kumpul jam 06.30 apalagi diantara
kami sama sekali belum mengenal lokasi Pelabuhan Kalimati sehingga tidak ada
patokan dengan kondisi seperti ini bisa mencapai lokasi titik kumpul sesuai
jadwal.
Hampir sepuluh menit mencoba berunding didalam mobil
akhirnya kami putuskan untuk turun dijalan dan mencoba mengikuti anjuran supir
grab untuk naik kendaraan semacam
odong-odong yang banyak menawarkan diri mengantar penumpang menuju
tujuan titik kumpul dan benar juga dengan upah seorang lima ribu maka hampir
semua pengunjung memanfaatkan jasa angkutan ini dan benar juga dalam waktu
duapuluh menit kami sudah tiba di lokasi titik kumpul.
Ratusan orang sudah menyemut di Pelabuhan Penyeberangan,
suara gaduh mesin kapal saling bersahutan, gelak tawa dan celotehan dan kilatan
lampu kamera saling unggul minta perhatian, warung-warung yang digunakan
sebagai titik kumpul dipenuhi pengunjung, antrian WC umum tampak jelas
terlihat.
Jam Sembilan terdengar panggilan oleh masing-masing tour leader, tanpa diperintah para pengunjung segera berbaris menuju pintu masuk dermaga dan memilih kapalnya masing-masing sambil mencoba saling mendahului ketika memasuki kapal untuk mencari tempat strategis.
Perjalanan menembus ombak menuju pulau Harapan memakan waktu
hampir empat jam, disinilah dibutuhkan teman untuk menghabiskan waktu sambil
mengobrol atau untuk menumpahkan serapah jika ada, atau mengeluarkan isi perut
jika tidak tahan guncangan kapal atau angin laut, tidak ada yang melarang
sampai kapan merapat didermaga pulau Harapan.
Home stay yang disediakan penduduk cukup nyaman, bertata
udara baik, hanya saja air mandi dan cuci terasa asin dimulut dan sabun mandi
tidak dapat mengeluarkan busa dengan baik, tetapi memang demikialah kondisinya,
semua bisa dimaklumi, buktinya para penduduk di pulau ini dapat bertahan hidup
sejak lahir dan besar di pulau ini.
sebuah kewajaran apabila lensa kamera lebih banyak menemukan obyek hidup dan menarik karena inilah makna perjalanan plesiran di kepulauan seribu, menikmati suasana apa adanya.
tidak mengenal lelah setelah mengarungi laut selama empat jam, phisik mereka bagaikan menemukan kekuatan kembali ketika suara klik kamera berada didalam bidikan gaya serta merta mereka, tidak dihiraukan lagi sesamanya, adrenalin untuk bergaya seakan mengalahkan usia, inilah saatnya mengekspresikan kekuatan diri dimuka umum, dimana biru air hanya bisa menjadi latar dan ikanpun bisa menonton bebas lalu hal ini membuat tukang foto bertambah semangat untuk terus mengejar dan meminta segala upaya untuk bergerak dan menentukan sendiri, polah tingkahnya.
setelah berpuas-puas dengan segala lagak ragam gaya hari ini sampai menjelang sore semua peserta kembali ke tempat semula dimana home stay menunggu dan tanpa merasa lelah suasana malam dinikmati sepuasanya walaupun waktu mandi boleh berkomen sendiri untuk menikmati mandi dengan air asin tapi bersih.
Suasana di pulau ini cukup ramai oleh pengunjung akhir minggu, berbagai macam jajanan dijajakan sehingga rasanya bukan berada di tengah lautan Jakarta.
Ikan bakar adalah makanan yang wajib jika berpergian ke pantai atau pulau karena hanya makanan itulah yang menjadi makanan utama dan kali ini hal itu tidak disia-siakan, setiap home stay mendapatkan jatah sesuai jumlah penghuninya, suka atau tidak hanya inilah makanan malam ini.
Udara pagi terasa sekali segarnya, semilir angin laut terasa sejuk walaupun matahari nampaknya malu-malu muncul dibalik awan keabuan, tidak ada sunrise hari ini tetapi tidak merubah rasa ingin tau dan kembali melihat laut.
Setelah menikmati udara pagi, maka perjalanan menyusuri pulau-pulau disekitarnya kembali dimulai dan sesuai permintaan maka beberapa anggota rombongan lebih memilih jalannya sendiri, yang suka laut silahkan berbasah-basah, yang suka ngobrol silahkan menikmati pasir dan yang memilih berfoto silahkan mengikuti tukang foto yang setia selalu menunggu permintaan khusus ataupun selera.
Jadi mereka yang memilih mengikuti tukang foto mempunyai kelebihan yaitu fotonya lebih banyak terpampang dicerita ini .
Rupanya sudah direncanakan untuk bertubi-tubi menghabiskan lagak dan gaya, entah mengapa kamera ini akhirnya selalu mengikuti gestur lenggak lenggok dan gemulai tubuh, seakan memberikan semangat untuk terus mengikutinya dari satu pulau ke pulau lainnya,
Tiada lelah ataupun sanggah apabila suara tombol kamera terus berdetakan seakan memberi perintah untuk selalu harus bergerak untuk pindah dari satu pose ke gaya lainnya dan yang sangat menyenangkan ketika sudut-sudut pulau tidak dilihat oleh peserta lain sehingga tempat ini dijadikan bancakan gaya dan lagak.
Niat baik selalu mendapatkan tempat dimana saja, tidak perlu diminta atau meminta tapi pemberian kesempatan untuk masuk didalam lingkaran gaya dan lagak adalah sebuah pemberian yang sangat berharga, disinilah terasa bahwa anak soleh selalu mendapatkan kesempatan.
Sampai tiba dimana seluruh kekuatan untuk menjadikan para relawan ini meningkatkan adrenalin maka kamera harus selalu tertuju dan fokus dan kelebihannya adalah kesempatan untuk menikmati gaya dan lagak mereka.
Selesainya urusan ini adalah merenung untuk sebuah cerita, ada bahagia,ada kesal, ada marah, ada riang, ada rindu dan ada dendam untuk kembali lagi