Pada jam 6.12 AM
Mengapa
harus dijemput, apakah tanpa dijemput
tidak menjadi indah,
Jawabannya adalah ada dalam diri kita sendiri, karena
kesempatan melihat indahnya Situ Gintung bisa dilihat ketika hati dan alam
bersatu lewat mata lalu untuk memindahkannya kedalam lensa kamera.
Tidak semua mata dapat mengatakan sama ketika melihat suatu objek termasuk
mengatakan bahwa bertandang ke Situ Gintung pada waktu setelah fajar
menyingsing hanya pekerjaan yang tidak perlu diseriuskan.
Benar memang dan benar tidak, tetapi cobalah buktikan apa yang dilakukan
para pengunjung disana pada waktu fajar, ada yang serius memperhatikan pelampung
kail dan ini dilakukan sudah berjam-jam
walaupun hasilnya hanya beberapa ekor ikan, ada pula yang serius
mengatur napas setelah melakukan olahraga lari ataupun jogging, sebagian juga yang
Cuma menikmati air situ atau menikmati semilir angin, kadang terlihat juga
beberpa asik menghembuskan asap rokok keudara sambll bercengkerama atau
berhayal, masing-masing adalah bagian dari pencari kenikmatan dan keindahan
termasuk saya yang berkeliling situ berjalan kaki sambil mencari obyek mata
lewat kamera dan disitulah bedanya antara saya dan yang lain.
Saya lebih suka dengan mengatakan menjemput keindahan karena saya memang
menjempunya, bukan menunggu atau mencari, sambil berolah raga jalan kaki yang
lebih dari 4 kilometer tidak setiap saat dapat kesempatan yang menurut saya
sangat jarang dan hanya dapat dinikmati pada cuaca dan jam tertentu yang tidak
dapat diprediksi itu kapan akan terjadi, seperti pada foto yang saya tampilkan ini
dimana pada jam yang sama belum tentu saya akan mendapatkan suasana yang sama,
jadi setiap saya melakukan rutinitas olah raga di Situ ini saya selalu
menyiapkan kamera hanya untuk menjemput keindahan yang menurut mata saya
sangatlah indah dan menarik.
Inilah sebagian dari keindahan di Situ Gintung yang sempat saya jemput
hanya demi memuaskan mata dan batin akan kebesaran Sang Pencipta.
Jika tertarik cobalah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar