Jum’at malam tepat jam
sembilan briefing dilakukan di ruang
tunggu stasiun Kereta Sudimara KotaTangerang Selatan, seluruh peserta segera
memeriksa bawaannya masing-masing, absensi peserta kembali diulang dan sekalian
penyerahan kartu tiket untuk masuk kedalam peron dan dari sinilah dimulailah
perjalanan menuju Kampung Baduy di Propinsi Banten.
Diprakarsai oleh
komunitas pemuda Kampung Sawah Baru didalam organisasi Karang Taruna (Kartun)
perjalanan penjelajahan ke kampung Baduy cukup banyak mendapat respon, jika
diamati maka jumlah peserta lebih dari 40 orang dengan berbagai ragam usia
antara 15 sampai 65 tahun, hal ini menunjukan bahwa masyarakat sudah mulai
sadar wisata, apalagi wisata budaya dan alam ini merupakan sebuah petualangan,
rasanya perlu ditanyakan mengapa mereka berminat untuk ikut petualangan ini
terutama mereka yang sudah berusia diatas empat puluh tahun.
Beberapa menit
kemudian terdengar suara pemberitahuan menggema di sepanjang peron bahwa kereta
dengan tujuan Rangkas Bitung segera akan merapat dan ini membuat rombongan
segera bersiap ditepi peron sambil sebagian sibuk dengan kamera masing-masing
membuat foto diri untuk dikabarkan ke keluarganya atau untuk status terakhir di
medsos.
Kebetulan kondisi
kereta dalam keadaan tidak penuh mengingat jam pulang kantor sudah terlewati
sehingga sebagian anggota rombongan mendapatkan tempat duduk terutama para
wanita dan selewat dari stasiun berikutnya secara perlahan semua peserta telah
duduk dikereta dan sebagian juga sudah terlelap tidur.
Menempuh perjalanan
lebih dari satu setengah jam kereta tiba di stasiun Rangkas Bitung yang
merupakan tujuan akhir perjalanan ini kereta, seluruh penumpang tumpah ruah
termasuk rombongan kartun yang bergegas keluar stasiun berjalan menuju terminal
bis dimana sudah menanti dua mobil sejenis ELF sebagai angkutan umum yang akan
membawa rombongan.
Untuk lebih leluasa
didalam mobil maka seluruh bawaan diletakan diatas mobil hanya saja ada rasa
khawatir akan keamanannya tetapi hal tersebut dapat ditepis dengan adanya anggota
rombongan yang ikut duduk diatas mobil sehingga penumpang dapat melanjutkan
tidurnya didalam mobil walauun dengan kondisi saling berhimpitan dan suasana
inilah yang kemudian menjadi pembuka dan pendobrak suasana kaku diantara
peserta yang sebelumnya belum saling kenal apalagi perjalanan dari menuju desa
Cibolegar cukup memakan waktu dan rasanya sudah mulai timbul rasa setia kawan
dan saling membutuhkan diantara rombongan.
Kondisi jalan cukup
baik airtinya sebagian penumpang nampak tertidur pulas dan sebagian masih belum
bisa memejamkan mata atau serius memperhatikan suasana perjalanan karena terasa
sekali dikegelapan kontur jalan naik dan turun tetapi tidak membuat kenyamanan
yang tertidur terganggu sampai tiba di lokasi dimana terbaca dengan jelas tulisan
“Cibolegar” tujuan akhir dari bis ini yaitu pintu masuk “Baduy Luar “
benar juga seperti
disarankan sebelumnya untuk membawa alat penerangan karena ditempat ini tidak
tersedia penerangan yang memadai sehingga dibutuhkan penerangan tambahan yaitu
senter terutama pada saat berjalan mengingat kondisi jalan yang berbatu dan
bertangga. Tempat yang paling utama dituju adalah toilet umum, maklumlah dalam
kondisi lelah, ngantuk dan cuaca cukup dingin maka masing-masing merasa paling
perlu untuk ke toilet tidak terkecuali dan kebetulan kondisi toiletpun cukup
nyaman sehingga tidak ada larangan untuk menikmatinya
Setelah dirasakan
cukup maka perjalanan dilanjutkan menuju tempat penginapan yang berupa rumah
panggung berdinding anyaman bambu dengan penerangan tradisional sehingga sangat
terasa sekali bahwa kita berada didesa, diatas panggung sudah tersedia ceret
berisikan teh hangat atau kopi dengan nyamikan ubi rebus dan itupun cepat ludes
ternikmati oleh rombongan, sambil menikmati istirahat dilakukan pembagian tempat
istirahat dimana peserta pria dan wanita ditempatkan terpisah sesuai dengan
peraturan desa setempat dan waktu sudah semakin larut menuju pukul dua malam
satu persatu anggota rombongan telah menuju rumah yang sudah ditentukan untuk
beristirahat dikegelapan suasana dan semilir angin desa yang sejuk ditambah
nyalanya tunggu didalam rumah sehingga rasa hangat bercampur air segar terasa
nikmat untuk dibawa tidur.
Hari Kedua
Beruntung jika kita membawa jam karena tidak ada petunjuk bahwa waktu
subuh telah tiba, hanya kokok ayam yang bisa jadi pertanda dan bagi yang
terbiasa bangun dipagi hari akan sangat beruntung mendapatkan toilet yang tidak
harus antri dan ini membuat kenyamanan tersendiri, mandi dengan air yang dingin
dan kemudian menikmati teh atau kopi dan anggota kartun cukup lincah, nampak
para putri sudah sibuk didapur menyiapan sarapan pagi untuk rombongan dibantu
para pria dimana sebagian peserta sudah sibuk dengan gaya dan model untuk
berfoto ria yang terkagum dengan suasana pagi didesa ini, menikmati para penduduk
berlalu lalang dengan pakaian khas desa atau sebagian mencoba berkomunikasi
dengan penduduk.
Jam delapan tiga
puluh seluruh peserta berkumpul untuk kembali dilakukan breifing dan sedikit
dilakukan pemanasan agar otot-otot yang sudah beristirahat kembali dipanaskan
untuk sebuat perjalanan yang sesuai informasi dalam breifing bahwa perjalanan
menuju “Baduy dalam “ akan melalui
jalan atau bukit yang cukup terjal baik
naik maupun turun dan dengan jarak tempuh lebih dari dua belas kilometer, tidak
ada sanggahan atau keluhan ketika informasi ini diberikan yang ada adalah
semangat untuk menyelesaikan perjalanan dan beruntung juga bahwa disini
tersedia jasa porter untuk membantu membawa bawaan yang kemungkinan akan
mengganggu atau menambah beban didalam perjalanan dan imbalan jasa yang diminta
tidaklah mahal dan wajar jika dibandingkan dengan kondisi alam yang akan
dilalui.
Kang Odil demikian
kami memanggilnya, pria asli Baduy pemilik rumah/home stay dan juga yang menjadi pemandu di rombongan kami
memberikan petunjuk bagaimana berperilaku didalam perjalanan, hal ini
dimaksudkan untuk menghormati peraturan setempat sehingga rasa saling menghargai
diantara tamu dan tuan rumah dan hal ini disetujui dan akan ditaati oleh
seluruh peserta.
Jam sembilan pagi
mulailah perjalanan yang sebenarnya, menaiki tangga batu, menuruni susunan batu dan melawati rumah-rumah dengan arsitektur
khas Baduy dimana tidak ada unsur logam dalam mendirikan rumah, semua terbuat
dari bahan alami terutama bambu dan kayu, kontur desa-desa di Baduy sangat
menantang tetapi jangan kuatir hampir diseluruh jalan desa sudah terbuat dan
tersusun batu-batu alam sehingga hampir tidak dijumpai jalan dengan kondisi
becek atau kebetulan sedang musim kemarau. Jalan menanjak sangat dominan dan ketahanan
tubuh sangat diperlukan tetapi semua terbayar dengan suasana desa, pemandangan
dan kondisi alam yang indah yang memang belum pernah dijumpai ( bagi yang
pertama kali kesini) apalagi warga asli nampak tidak terganggu dengan kehadiran
kami .
Phisik memang benar
diuji disini, cuaca terik sangat terasa dan kondisi kontur yang terus menanjak
sangat menantang walaupun ada juga dijumpai tempat istirahat yang nyaman untuk
mengumpulkan tenaga kembali.
Tempat istirahat
pertama jam 11.00
ditandai dengan jembatan ini
Selepas dari istirahat perjalanan dilanjutkan kembali
Tempat istirahat
kedua jam 12.30
Benar seperti yang
disampaikan teman-teman ketika mendengar bahwa ikut perjalanan ke Baduy
merupakan tantangan karena ada sebuah tanjakan yang sangat ekstrim dan mungkin
hanya orang-orang dengan phisik kuat dan penuh semangat yang dapat melaluinya dan tanjakan itu sering
disebut “ tanjakan ngehe “ dan ditempat istirahat inilah tanjakan itu akan
segera dijumpai.
Tidak banyak
kata-kata ketika tanjakan ngehe ini mulai ditapaki, masing-masing
berkonsentrasi penuh terhadap dirinya sendiri, yang mempunyai kelebihan berat
badan pasti akan merasa bahwa napas didada terasa berat dan saling berlomba
untuk dihembuskan, tidak ada konsentrasi untuk berfoto walapun tidak ada
larangan dan sempat berisitirahat, semua daya upaya tubuh hanya diperlukan
untuk segera melewati tanjakan ekstrim ini, kemiringan yang cukup membuat
tangan mudah menyentuh tanah, istirahat lebih sering disampaikan agar kondisi
tubuh bisa kembali normal tetapi terik matahari lebih sering jadi alasan untuk
lebih cepat kembali berjalan dan tidak banyak tempat untuk berteduh juga
merupakan alasan, sesekali canda lelah terdengar dan canda penyemangat juga
ada, beberapa anggota kartun mulai memasang tali yang diikatkan di pohon diujung akhir
tanjakan agar peserta yang masih meniti di tanjakan dapat menggunakan tali
sebagai bantuan sebagai railing untuk
mereka yang memerlukan , dengan cara ini kekuatan tangan ikut membantu tubuh
bergerak.
Semua peserta
ternyata punya nyali untuk menyelesaikan tanjakan ini dan tidak ada satupun
yang tertinggal sampai diujung tanjakan dan merupakan lokasi untuk melepas
lelah sambil menikmati makan siang yang sudah disiapkan oleh pengurus kartun,
tidak perlu komplain karena waktu makan siang sudah terlambat atau menu yang
tidak sesuai selera, semua menikmati dan harus menikmati karena perjalana masih
memerlukan tenaga tambahan dan kebetulan waktu untuk istirahat dibuat sedikit
longggar sehingga dapat digunakan untuk tidur atau meregangkan tubuh ditanah,
rumput ataupun rumah yang hanya satu-satunya disini yang juga menyediakan air
panas bagi yang membutuhkan.
Hampir lebih dari satu
jam istirahat ditempat ini dan sebelum perjalanan dilanjutkan dengan
kesepakatan semua handphone dikumpulkan dan disimpan disatu tempat yang dengan
jaminan bahwa tidak akan hilang dan diberi lebel nama pemilik, sebab sesuai
peraturan tidak diperbolehkan mengambil gambar dilokasi perjalanan dan dilokasi
Baduy dalam, beberapa aturan juga ditambahkankan diantaranya tidak
diperbolehkan berteriak-teriak, merusak pohon atau senda gurai yang berlebihan
dan perjalanan selanjutnya juga bukan perjalanan yang mudah jadi jangan merasa
sombong hanya karena sudah melawati “ tanjakan ngehe “ini.
Kali ini perjalanan
lebih banyak melewati hutan dan dengan kondisi jalan yang memerlukan
kehati-hatian karena susunan batu yang tidak beraturan dan sedikit licin karena
lembah walaupun tetap saja ada pendakian dan menurun, sebetulanya banyak spot
foto yang cukup menarik tetapi hal ini tidak dapat dilakukan jadi cukup
disimpan didalam memori otak masing-masing, ada jembatan bambu, ada sungai
kecil, ada view yan indah dan komplek tempat penyimpanan logistik warga Baduy
yang berupa rumah-rumah panggung kecil yang berisikan padi atau kebutuhan hidup
lainnya.
Hujan kecil turun
ketika langkah kaki memasuki jalan menuju pemukiman suku Baduy Dalam, beberapa
orang mulai menyiapkan jas hujan dan bagi yang tidak sempat harus pasrah
walaupun sebenarnya rasa lelah yang membuat malas untuk berlindung dibalik jas
hujan dan kemungkinan akan menambah beban tubuh dan memasuki gerbang pemukiman
yang ditandai sungai yang harus dilalui melewati jembatan bambu dan bagaikan
sambutan selamat datang hujan semakin deras dan seluruh peserta berhamburan
menuju rumah yang ada dipemukiman tersebut dan waktu sudah menunjukan waktu
pukul lima lebih sore yang berarti perjalanan dari pemukiman Baduy Luar menuju
Baduy Dalam ditempuh dalam waktu hampir
7 jam, sebuah perjalanan yang bukan sebentar dan dengan hanya dapat ditempuh
dengan penuh tekad dan semangat serta nyali yang kuat.
Sebuah peraturan
lagi yang harus ditaati adalah tidak diperbolehkannya menggunakan sabun, shampo
untuk keperluan mencuci badan dan pasti gigi untuk membersihkan gigi
sebagaimana dilakukan sehari-hari dan sangat kebetulan bahwa di pemukiman ini
tidak ditemukan fasilitas MCK jadi semua harus dilakukan di sungai. Disinilah
peserta yang harus menyusuaikan diri dengan kondisi lokal, tidak bisa protes,
tidak bisa menyesal dan tidak bisa menolak lalu selebihnya lakukan atau tidak
mandi, dan harus dilakukan pada kondisi tidak ada penerangan selain lampu
senter bawaaan atau lampu tempel ditiap rumah, sehingga untuk membersihan badan
terbentuklah kelompok-kelompok kecil hanya untuk saling berlindung dan saling
menolong dalam urusan MCK, bisa dibayangkan bagaimana suasana di sungai yang
penuh kegelapan tetapi harus membersihan badan atau membuang kotoran, tetapi
semua itu dapat dilalui dengan baik walaupun dengan kesan sendiri sendiri.
Kesigapan anggota
kartun patut diacungkan jempol karena dengan kondisi penerangan seadanya tidak lebih dari jam delapam hidangan santap
malam sudah tersedia dengan kondisi darurat apa adanya, tidak boleh protes dan
tidak ada keluhan apalagi ditambah
adanya kopi dan teh hangat, persoalan rasa tidak lagi jadi prioritas dan yang
ada adalah kebersamaan dan kebahagiaan bersama.
Hujan masih
rintik-rintik ketika acara temu muka dengan pemuka suku Baduy Dalam
dilaksankaan di beranda teras panggung rumah dengan suasana penuh keakraban
dengan diperlsilahkan pertanyaan sebebas mungkin sesuai takaran masing-masing,
beruntuk diantara peserta ada yang bertindak sebagai penterjemah dan ini
membuat keakraban dalam tatap muka ini sehingga tanpa terasa waktu sudah
menunjukan sudah mendekati pukul dua belas malam ketika tatap muka ditutup
dengan pemberian cindera mata dari kartun Sawah Baru dan yang paling terkesan
adalah tidak adanya dokumentasi foto didalam suasana seperti ini sampai
masing-masing tertidur lelap ditempatnya masing-masing yang tanpa komunikasi
selular atau tanpa penerangan listrik, dapat dilalui dengan penuh makna dan maklum
sampai terbangun esok harinya.
HARI KETIGA
Bagi yang sudah
terbiasa bangun subuh akan sangat beruntung karena diwaktu inilah saat yang
tepat untuk pergi ke sungai melaksanakan berbagai kebutuhan pribadi, dan jangan
kuatir karena sudah ada pembagian area sehingga untuk keperluan MCK ini tidak
perlu kuatir akan bercampur antar gender tetapi tidak bisa menghilangkan rasa
ingin tau satu sama lain, sedikit menengok akan tampak mereka atau sedikit
siulan akan terjawab hanya saja hal ini tidak dilakukan karena secara sudah
diwanti-wanti jangan melanggar aturan desa walaupun tidak tertulis sehingga
akibatnyapun hanya disampaikan lisan bahwa segala perbuatan yang melanggar
aturan sanksinya akan dialami sensdiri oleh yang bersangkukan alias kualat.
Rasanya semua
komplain mengenai kondisi didesa ini hanya tersimpan didalam hati dan mungkin
telah menjadi maklum, yang pasti
kesigapan para putri Kartun Tanah baru kembali dapat dirasakan dimana sarapan
pagi telah kembali disiapkan.
Di pemukiman Baduy
Dalam hanya ada dua warna untuk berpakaian yaitu warna putih untuk kebaya kaum
perempuan dan warna hitam untuk bawahan demikian pula untuk kamu lelaki
menggunakan pakaian bagian atas berwarna putih dengan ikat kepala putih
sedangkan bawahan juga berwarna hitam yang bentuk modelnya hampir sama dengan
kaum perempuan menyerupai rok pendek.
Sangat kebetulan
ternyata pagi ini ada acara persiapan upacara perkawinan sehingga kesempatan
ini dapat dinikmati semua peserta walaupun tidak dapat mengabadikannya, para
perempuan berkumpul dirumah calon mempelai wanita sehingga pemandangan ini
membuat kami ingin tau apa yang mereka perbuat disana, nampak dikejauhan para
perempuan berlarian kecil bagaikan takut tertinggal menuju rumah mempelai
wanita.
Dirumah itu
sebagian duduk diteras panggung dan sebagian berkumpul ditangga atau dibawah,
masing mempunyai tugas, ada yang membuat nampan dari bambu dan ada yang
menyiapkan dan memberikan sirih kepada mereka yang datang, suasa semarak ini
hanya dapat disimpan dimemori kepala tanpa berani untuk mengambil gambarnya dan
kami pun segera bergeser menjauh ketika sudah ada tanda dari ketua rombongan
untuk segera berkumpul untuk briefing sebelum meninggalkan desa ini dan seperti
biasa Kang Udil memberikan pesan-pesan bahwa perjalanan akan segera dimulai
kembali dan untuk kali ini akan melewati rute yang berbeda dan kebetulan akan
melewati area hutan larangan dimana beberapa hal yang harus ditaati,
diantaranya tidak boleh meludah, tidak
boleh berteriak-teriak, tidak boleh merusak pepohonan atau bangunan yand ada
dan senantian berada dalam rombongan dan sekali lagi tidak boleh memotret
walaupun, rupanya larangan memotret kembali disampaikan karena dikhawatirkan
masih ada anggota yang belum mengumpulkan handphonenya.
Jam sembilan seluruh
anggota sudah siap, barang-barang yang dibawa oleh portir sudah berada dipundak
mereka dan langkah kaki keluar dari pemukiman Baduy Dalam kembali dimulai
menuju jembatan bambu dimana sungai dibawahnya merupakan fasilitas MCK kami,
sambil penuh senyum dan sedikit tawa tanpa mengharap dapat jawaban “ tadi ada
yang ngintipin kita mandi gak ya “ .
Istirahat semalam cukup memulihkan tenaga, buktinya tidak ada peserta
yang mengeluh ketika perjalanan mulai memasuki hutan, hanya pertanyaan yang sering diulang
ditujukan kepada kang Udil adalah “ kita akan lewat berapa tanjakan “ atau “
tanjakannya gak seperti yang kemarin kan “ atau “ kira-kira berapa lama kita
harus jalan “ dan dengan bijaksana kang Udil menjelaskan bahwa perjalanan kali
ini tidak terlalu berat, hanya akan melewati dua bukit, dua kampong dan ini juga dikuatkan
oleh akang-akang porter.
Benar seperti apa yang dikatakan kang Udil, dua bukit bukan berarti
tanpa tanjakan dan turunan ternyata medannya sama dengan kondisi medan ketika
berangkat memerlukan tenaga dan menurut teman-teman medan lebih panjang dan
licin apalagi ketika melewati hutan larangan, bebatuan dan kondisi jalan yang
cukup curam sangat disarankan untuk berhati-hati melewatinya dan perjalanan
lepas melalui hutan larangan ditempuh dalam waktu 3 jam, cukup untuk
dikenang dan diingat.
Pengembalian HP diluar hutan larangan.
suasana istirahat dan menahan rasa lapar
Perjalanan dilanjutkan kembali setelah istirahat dan sedikit pembagian makanan snack ringan yang masih ada, menikmati rokok atau minum sepuasnya air alam yang diambil dari mata air yang terletak tidak jauh dari lokasi istirahat walaupun dengan penuh perjuangan karena berada dilembah, beruntung teman-teman yang kuat merelakan diri untuk membantu mengambilkan air dan ini sangat membantu sebab perjalanan ternyata masih panjang dan tetap saja naik turun bukit dan melawati kampong pemukiman Baduy luar lainnya dan kali ini cukup lumayan karena kamera bisa digunakan untuk mengabadikan momen-momen dimana mata akan dimanjakan oleh alam untuk dinikmati dan yang peling penting adalah ada tempat untuk istirahat.
Catatan perjalanan 20-21-22 Juli 2018, Terima kasih teman-teman Kartun Sawah Baru
sew2bz
BalasHapussew2 too
HapusPerjalanan yg mengesankan
BalasHapusthank you
BalasHapus