Dusun Wuluhadeg
Masih ingat lagu ini ?
Desaku yang kucinta, pujaan
hatiku
Tempat ayah dan bunda, dan handai taulanku
Tak mudah kulupakan, Tak mudah bercerai
Selalu ku rindukan, desaku yang permai
Tempat ayah dan bunda, dan handai taulanku
Tak mudah kulupakan, Tak mudah bercerai
Selalu ku rindukan, desaku yang permai
Sebuah lagu yang selalu ku ingat sejak kecil dan memang
selalu mengingatkan aku akan dusun indahku, sebuah tempat penuh kedamaian dan
keramahan, di dusun Wuluhadeg
I am always impose my
opinion that this is my village even
though i was not born here but every questioned about the origin my territory
the country is always i mentioned.
All that ' s because of my bond inner, course for since my childhood only this village frequented visited
by my family, precisely this village is
a place of my father birth and of
course this village is a part of the
district Bantul and a part of the Yogyakarta province.
Aku tidak perlu harus
berpura-pura mampir ataupun dengan alas an tertentu hanya untuk singgah di
dusun ini, pokoknya aku akan datang begitu saja menuruti rasa rindu yang muncul
tiba-tiba apabila perjalanan dinasku mendekat kearah propinsi ini walaupun
frekwensinya juga terbatas , tidak ada rutinitas untuk singgah di dusun ini,
kompromi dengan keluarga besar lebih
sering dilakukan untuk secara bersama-sama bertandang beberapa hari ke dusun
ini adalah jalan terbaik, sebuah kebanggan bagi penghuni dusun ini ketika
keluarga besar diperantauan menepati rasa rindunya dengan menyempatkan diri
menikmati suasana dusun ini, menikmati sepinya malam, menikmati canda dan ceritera lama tanpa membosankan.
Didusun inilah tinggal
kerabatku, pak lik, bulik, pak de, bu de, mas atau mba dan eyang serta simbah,
seluruh handai tolanku.
Of course many changes which have occurred since I can
recognize this village, the environment of the village house formerly made of
bamboo wall or wood boards, now some of them had
replacing made by the brick wall, the track or village road formerly soil pavement, ins partial had replacing by concrete or
asphalt and any other pavement, but this modern changes is not much change the
atmosphere of village, the villager hospitality still strong deeply felt,
you’ll find the villager asking you although you did not know who they
are, they will smile or speech to asking where do you stay in this village or
to asking you for drop to their house.
In this village I
found the deepest nature atmosphere, in the morning the sunshine
slips through the crack of window or door together with the wind blows from the hill
surrounded , the voice of birds or people talk slowly hear enter the my bedroom, no crowded vehicles
roar . or try to go to the rice field or
plantation, felt the smell of the leaves
are covered in dew or smell of land in plow and covered pour by the water from
the irrigation canal,
Sangat penuh kedamaian
suasana didusun ini, apalagi ketika sinar matahari pagi baru menunjukan warna lembayung fajar dari balik bukit, garis
horizon warna sinar matahari didasari oleh garis abu-abu puncak perbukitan lalu dilengkapi bentangan hijau sawah dikaki bukit membuat
permainan warna langit sangat indah dinikmati mata.
Apabila matahari sudah mulai secara penuh muncul dikepala bukit segeralah ikutin
langkah bulik kepasar, disitu akan lebih banyak lagi keramahan desa mencuat
lewat tegur sapa dan harapan, apalagi bila sudah duduk berkerumun disalah satu
penjual jajanan khas desa, semua senyum,
tawa dan puji saling lontar sementara mulut mengunyah cenil atau gatot dan lawan bicaranya
mengunyah bacem gembus sambil nyeplus Lombok rawit.
Memang indah ciptaan Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar