(Trilogy 2)
Bukan tidak mendengar atau tidak
tau bahwa si kucing jantan kekasihnya beberapa kali memberi tanda tapi apalah
artinya jika dijawab, sejak pemilik rumah selalu menutup pintu rasanya dirinya
juga harus rela menutup keberlangsungan hubungannya dengan si kucing jantan.
Gembul, demikian kucing jantan
sering disebut oleh pemilik rumah adalah kucing yang tadinya berkeliaran
disekitar danau kecil dekat komplek perumahan, masih teringat bagaimana ketika
dirinya pagi hari ketika matahari baru muncul diajak pemilik rumah untuk
berjalan-jalan disekitar danau sambil sesekali meminta dirinya melompat
diantara bebatuan, Pretty ayo lari, Pretty lompat, demikian perintah yang
diminta agar mengikuti gerakan pemilik rumah yang rupanya berolah raga.
Rupanya dikejauhan Nampak seekor
kucing jantan yang sedari tadi hanya memperhatikan dirinya tapi sebagai betina
komplek dirinya tidak boleh gede rasa, seperti juga sipemilik rumah yang juga
cuek ketika beberapa lelaki yang berolah raga mencoba menggoda dan ketika
pemilik rumah mengajak beristirahat sambil duduk direrumputan ditepi danau,
tanpa diketahui dari mana kucing jantan sudah ada mendekat tidak jauh dan
langsung duduk memperhatikan, Pretty ada cowok tuh, kata pemilik rumah sambil
menyentuh ekorku dengan ujung jari kakinya, awas jangan dekat2 kucing liar
katanya menambahkan.
Tatapan kucing jantan membuat Pretty
salah tingkah, gerakan telinganya menandakan sesuatu, kibasan ekornya seakan
berirama yang semuanya menandakan bahwa dia tertarik dan dirinyapun tidak dapat
menyembunyikan perasaan, kibasan ekor dibalas dengan kibasan pula, gerakan
telinga dibalas dengan gerakan tanda menerima.
Dan sejak kejadian ditepi danau
itu Pretty tidak lagi dapat tenang dirumah, beberapa kali mencoba berada duduk
diteras rumah mengharap ada tanda-tanda dari sijantan tapi sudah tiga malam
sejak pertemuan itu hanya kucing-kucing tetangga yang muncul dan selalu
membuatnya malas karena hanya mengajak untuk pergi keluar atau main diatap
rumah.
Minggu pagi berikutnya pemilik
rumah seperti biasa berolahraga ditepi danau tapi kali ini tidak membawa Pretty,
entah kenapa, yang pasti Pretty merasakan rasa sepi yang dalam, makanan yang
biasanya tersedia tidak disentuhnya, entah apa yang menyebabkan hilangnya rasa
lapar, malahan rasa malas menjadi timbul lebih kuat, biasanya jika malam hari
didepan layar televise pemilik rumah suka mengajaknya bercanda tapi semalam Pretty
tidak meladeninya, hanya sesekali saja dipermulaan dan selebihnya dia hanya tidur diujung karpet
didepan televisi.
Sepulang dari olah raga pemilik
rumah memanggil-manggil namanya tapi Pretty masih malas dan membiarkan pemilik
rumah mendekat “ tumben makananmu gak dimakan “ sambil mengelus punggung Pretty
yang Cuma membuka sebelah mata memberi tanda bahwa dia sudah mendengar, “ ya
udah “ lanjut pemilik rumah sambil mengangkat piring makan Pretty yang masih
banyak tersisa, dibawanya ke halaman depan dimana sudah menunggu seekor kucing
jantan. Lalu disodorkannya ke arah kucing jantan yang tanpa ragu langsung
memakannya dengan lahap.
Tadi pagi ditepi danau,kucing
jantan Nampak gemetar dibawah pohon, dia hanya memperhatikan lalu lalang orang
yang berolah raga, bulunya kusam dan kotor, tidak Nampak gerakan yang
semestinya seperti kucing-kucing lainnya, dan hal itu terlihat oleh pemilik
rumah yang ketika itu sedang melakukan pendinginan setelah gerakan-gerakan
keras olah raganya, setelah selesai pendinginan didekatinya kucing jantan itu
lalu disentuhnya kepala kucing jantan dengan jarinya “ pasti kamu nunggu Pretty
ya, kamu yang minggu lalu ngeliatin Pretty terus “ sambil menyentik jari
telunjuk dan jempol yang mengeluarkan suara membuat kaget kucing jantan, sambil
memberi tanda agar kucing jantan mengikuti langkahnya, ayo puss, puss….
Pretty masih bermalas-malas tapi
penciumannya mulai mengendus sesuatu hal yang agak aneh, sekujur tubuhnya
bergetar dan dia mencoba mengulet agar otot-otot tubuh menjadi rilek lalu
mencoba berjalan tapi arahnya tidak menentu, dicobanya ke arah dapur untuk
mencari air karena rasa haus mulai terasa, dia tidak menjumpai pemilik rumah
yang biasanya membuat susu sepulang olah raga lalu dia mendengar namanya di
panggil-panggil pemilik rumah dan terasa langkah kaki semakin mendekat lalu
tubuhnya terasa diangkat “ kamu males banget hari ini “ terasa kepalanya diusap-usap
halus, Pretty merasakan bagai bayi kecil yang dimanja dan ditimang-timang .
“ ooo habis makanya, Gembul juga
kamu “ suara pemilik rumah sedikit keras sesampainya diteras rumah dan Pretty
tidak dapat menahan perasaannya lagi, dia langsung melompat dari gendongan
pemilik rumah, suara erangan pelan dan saling tatap muka segera terjadi antara Pretty
dan kucing jantan itu yang Cuma dibatasi piring makan, ekornya mengeras
tertekuk tapi hanya sebentar setelah itu kucing jantan mengecangkan tubuhnya, kedua
kaki depan didorong kedepan dan kedua kaki belakang ditarik kebelakang,
meluruskan tubuhnya dan sambil membuka mulut seakan menguap lalu disejajarkan
tubuhnya dilantai, perutnya teras kenyang tapi matanya tidak lepas dari mata Pretty
yang Nampak berbinar-binar.
Piring makan diangkat pemilik
rumah bersamaan dengan tubuh Pretty yang ikut terangkat kedalam gendongan
pemilik rumah, membiarkan kucing jantan diteras rumah bersamaan dengan
ditutupnya pintu ruang depan Pretty kembali berada didepan televise dan kali
ini tubunya digesek-gesek kekaki kursi atau kadang kaki pemilik rumah yang
membalasnya,menggoda dengan gerakan kaki yang membuat Pretty harus berulah
kadang melompat kadang menghindar.
Sejak saat itu kini piring makan
kucing ada dua dirumah itu, piring makan Pretty khusus yang dibeli dan
diperuntukan bagi kucing termasuk makanannya sedangkan piring makan kucing
jantan cukup bekas piring kaleng tidak terpakai dan menunya adalah makanan sisa
sipemilik rumah, jika Pretty harus makan secara disiplin, lokasi makannya dekat
dengan pintu dapur, jam makannya juga teratur, jenis makannya khusus dibeli
untuk binatang kucing, berbeda dengan kucing jantan, dia harus makan diteras
rumah mendekat kearah saluran air dan waktunya bebas sesuka dan seingat pemilik
rumah, tidurnya pun berbeda, Pretty bebas tidur dimana saja didalam rumah
sedangkan kucing jantan cukup di keset diteras rumah yang kadang harus
mengungsi jika hujan atau angin malam cukup mengganggu tidur.
Gembul, begitulah sipemilik rumah
memberikan nama untuk kucing jantan yang mulai nyaman dengan panggilan itu,
walaupun pemilik rumah masih membedakan perlakuan terhadap kucing jantan hal
itu tidak membuat kucing jantan yang kini dipanggil Gembul menjadi iri hati,
baginya mendapatkan jatah makan dan tempat berteduh sudah lebih dari cukup dari
pada harus beralas rumput atau tanah dan beratap pohon atau langit seperti
ketika berkeliaran di tepi danau.
Hari-hari
selanjutnya adalah secara tidak langsung
Gembul menjadi penjaga rumah, kekuasaannya disekitar teras rumah sampai pintu
gerbang, dia tidak punya hak untuk masuk kedalam rumah dan hal itu selalu
dipatuhi, Pretty sendiri diberikan waktu untuk bermain dengan Gembul ketika
pagi atau sore hari pada saat pemilik rumah menyiram atau membersihkan taman
dihalaman, Gembul cukup pandai membawa diri dirumah itu, dia menyadari
statusnya hanya kucing tanpa pemilik dan boleh dikatakan menumpang tapi itu
sudah cukup untuk dirinya, apalagi masih dapat bermain-main dengan Pretty
walaupun tidak seharian, Pretty sendiri merasa gembira, sekarang ada teman
bermain yang dibolehkan oleh pemilik rumah dan yang lebih menggembirakan adalah
Pretty mendapatkan hadiah berupa kalung pita berwarna yang digantungi lonceng
kecil, pemilik rumah hanya ingin menandakan dan mengetahui keberadaan Pretty
setiap saat dengan adanya suara gemerincing dileher Pretty , sebenarnya banyak
kucing dirumah tetangga yang ingin bermain dengan Pretty tapi kadang mereka
tidak tau diri, suka berteriak-teriak atau mengacak-acak benda dirumah itu
sehigga pemilik rumah membatasi pergaulan Pretty.
Bulu Gembul mulai tumbuh rapih
dan bersih, dia rajin membersihkan diri selain keadaan lingkungannya juga
membuat dirinya harus nampak bersih sebagai tanda terima kasih kepada pemilik
rumah dan yang lebih penting adalah agar Pretty tetap bisa dan mau bermain
dengan dirinya. Waktu ke waktu terus berjalan, canda ria, lari saling berebut
benda sampai hardikan mewarnai kehidupan Gembul dan Pretty dan sampailah tiba
waktunya dimana hampir disetiap rumah yang memiliki kucing merasa terganggu
oleh suara kucing yang saling bersahutan.
Naluri binatang kucing Gembul dan
Pretty belum hilang, sementara itu didalam Pretty merasa resah, tubuhnya
mersakan keganjilan, hampir setiap malam Pretty merasakan keanehan dalam
tubunya, dia ingin sekali selalu berada dekat dengan Gembul. Sudah beberapa
malam diluar terdengar suara kucing yang saling bersahutan dan itu juga membuat
Gembul merasa aneh juga, sesekali terdengar hardikan dari rumah tetangga dan
juga dari dalam rumah Pretty, sampai pernah pemilik rumah membuka pintu dengan
keras sambil teriak “ Gembul berisik “ tapi kemudian dia menyadari bahwa suara
berisik itu bukan dari Gembul.
Seperti biasa ketika pemilik
rumah sibuk membersihkan taman Pretty dan Gembul bermain diteras dan pagi ini
pemilik rumah sibuk melayani obrolan tetangga sebelah yang complain tentang
suara-suara kucing dimalam hari dan kesempatan itu dipergunakan Pretty dan Gembul
menyelinap kedalam garasi dan beberapa saat kemudian terdengar suara teriakan Pretty
yang kemudian nampak Pretty berlari masuk kedalam rumah dan Gembul berjalan
dibelakangnya,
“ tuh kan jeng, kucing situ yang berisik “
“ itu biasa jeng, kucing becanda,
beda sama suara kucing yang berisik malam-malam “ jawab pemilik rumah membela Pretty
dan Gembul.
Sejak saat ini Gembul tiap malam
selalu siaga, beberapa kucing jantan tetangga mulai berani memasuki halaman rumah mencoba berteriak-teriak memberi tanda kepada
kucing betina yang tidak lain adalah Pretty, musim kucing kawin tidak terhindarkan
tapi Gembul harus siap, kadang dia harus menghardik kucing tetangga agar pergi
dan hal ini juga diketahui oleh pemilik rumah yang sesekali melihat bagaimana Gembul
mengusir mereka tapi naluri binatang pada masa pancaroba birahi tidak dapat
diperhitungkan dan diatur, sampai suatu subuh Gembul harus berkelahi dengan kucing tetangga
dan perkelahian itu sangat sengit, suara lengkingan kesakitan atau suara
erangan kucing jantan sangat mengganggu pemilik rumah, apalagi kali ini
perkelahian mengakibatkan pecahnya pot bunga yang berisikan tanaman kesayangan
pemilik rumah yang baru beberapa hari dibelinya di pasar khusus tanaman hias
dengan harga yang cukup untuk membayar uang muka mobil kreditan.
Gembul terdiam disudut teras
ketika pintu ruang depan dibuka, kucing tetangga berlarian melompat pagar,
pecahan pot keramik berserakan bersamaan dengan media tanah, tanaman bunga
hancur terinjak, keadaan teras benar-benar kotor, ditangan pemilik rumah sudah
ada sapu ijuk, dia hanya melihat sekeliling sambil menyapu lantai, wajahnya
tidak gembira, rahangnya mengeras, setelah selesai menyapu lantai dan membuang
tanaman rusak, kakinya melangkah mendekat kea rah Gembul yang tertunduk takut, dibelakangnya
dekat pintu Nampak Pretty mengikuti dan
kemudian terlihat sapu ijuk terangkat
dan siap mengarah ke Gembul dan suara jejagkan kaki ke lantai mengagetkan
sambil cepat berdiri Gembul berlari menghindar “ keluar kau Gembul “ hanya itu dan setelah
itu Gembul tidak lagi dapat melihat Pretty,
pagi itu piring makanya pun sudah tidak terisi kembali .
Didalam rumah Pretty berlari
kekolong kursi, dia berlindung dari perasaanya, dia tidak tau bagaimana setelah
kejadian ini, Pretty sangat menyesali kejadian itu, mengapa Gembul harus
berkelahi seperti itu, cemburukan dia kepada kucing tetangga yang mencoba
merayu dari luar pagar, ada perasaan bangga juga dalam dirinya, rupanya Gembul
memang ingin melindungi dirinya, bayangkan jika tidak ada Gembul mungkin
dirinya juga sudah mencari jalan untuk keluar rumah agar bisa memenuhi birahi
yang memang pada masa pancaroba, beruntung Gembul bisa memenuhi naluri
birahinya di garasi dan beberapa kali terulang ketika pemilik rumah lengah
sekejab.
Prety masih belum percaya
bagaimana pemilik rumah bisa berbuat seperti itu, makanan Gembul tidak lagi
disediakan, bahkan piringnyapun sudah teronggok ditempat sampah. Belum lagi
pintu ruang depan seakan merupakan garis
yang tidak boleh dilewati, sampai kapan Gembul boleh masuk mendiami teras depan
lagi, apakah dia kembali ke tepi danau atau Cuma menunggu ditepi jalan, Pretty
tidak dapat menerka, semakin mengira-ngira semakin sesak dadanya.
Sudah hampir beberapa waktu Pintu
ruang depan masih terlarang bagi Pretty dan dia hanya bisa keluar rumah apabila
si pemilik rumah berolah raga di tepi danau atau melakukan kegiatan dengan membawa dirinya dan
ituppun menjadi sangat protektif, apabila ada kucing lain melintas atau mendekat
segera Pretty diangkat dan digendong.
Berat tubuh Pretty semakin
bertambah, gerakannya mulai lamban bahkan menjadi pemalas sehingga pemilik
rumah khawatir Pretty akan menjadi obesitas sehingga sering kali dipaksanya Pretty
ikut berlari bila berolah raga ditepi danau tapi Pretty lebih sering diam dan
lebih senang menunggu sehingga lama kelamaan pemilik rumah menjadi curiga akan
perubahan kelakuan Pretty dan dibawanya Pretty ke dokter hewan.
“ kucing anda hamil “
“ bagaimana mungkin, selama ini
selalu saya kurung dirumah “
Pemilik rumah segera menebus
resep dari dokter hewan, sampai dirumah dia mulai menghitung-hitung, siapakah
yang menghamili Pretty dan satu-satunya kucing yang sering bermain denganya
adalah Gembul dan itu juga sudah lama dan akhirnya dia berkesimpulan bahwa
kehamilan Pretty harus dijaga.
Pretty sekarang menjadi pemalas
tapi pelahap makan, sesekali gerakan tubuhnya dicobanya melompat dari kursi ke
lantai tapi jatuhnya terasa tidak nyaman lagi sampai suatu malam sebelum suara
tukang nasi goreng keliling lewat Pretty merasakan perutnya mulas, disebuah
kardus yang sudah disiapkan pemililk rumah lengkap dengan permadani dari
pakaian bekas disitu ketuban Pretty pecah dan tidak lama kemudian tiga kepala
kecil sudah ada didekapannya, dibersihkannya bekas-bekas cairan dan kotoran
saat tiga kepala mungil itu tiba menghirup udara bumi,
Pretty begitu bahagia, muncul bayangan Gembul
yang samar-samar, dimanakah dia sekarang, akan senangkah dia bila mengetahui
bahwa benih yang disemai di garasi itu telah menjelma menjadi tiga kepala mungil kucing
yang sehat dan lucu, Pretty tubuhnya tergolek malas sambil mengibas-ngibas
ekornya bergoyang, diantara kaki depan dan belakang nampak tiga kepala mungil
dengan gerakan kaku saling mendesak-desak diperutnya, suara erangan pelan
sesekali terdengar, mulut-mulut mungil berebut mencari putting diperutnya, ya
tiga kucing kecil semakin jelas dimatanya, satu berwarna hitam dengan dipadu
putih disekitar telinga dan paha, satu berwarna hitam kuning dan putih mirip
pemilik putting, dan satu domiman putih dengan bercak kuning sedikti dibagian
punggung.
next.
Sepinya Hati Preman (Trilogi-1)
Preman Pasar (Trilogi-3)