Minggu, 21 Desember 2014

Ada jejak kakiku di Singapore




Bukan tidak sengaja tetapi kesempatan ini tidak disia-siakan walaupun penuh keterbatasan, awalnya ketika surving di dunia maya, buka sana buka sini,selam sana selam sini dan munculah iklan menohok tiba-tiba, promosi murah ke singapore, tetapi iklan ini tidak menarik sekali karena memang tidak diharapkan, lalu kembali menyelam di alam maya, menikmati fasilitas gratis kantor sambil diam-diam seolah sedang serius bekerja didepan komputer dan entah bagaimana kembali iklan muncul, kali ini menawarkan diri untuk membawa siapa saja yang mau ke Singapore dengan biaya murah.
Setelah sedikit kesal sambil mengomel pelan meninggalkan meja kerja untuk mengambil gelas minum sambil berguman soal iklan di internet dan tanpa dikomando ternyata ada jawaban dari tetangga meja untuk membuktikan kebenaran iklan tersebut.
Mulailah iklan itu menjadi perhatian untuk ditelusuri dan ternyata makin dibuka makin menarik sampai akhirnya tertarik dan diputuskan untuk pergi ke Singapore walaupun dengan waktu yang pendek mengingat padatnya jadwal kerja dan terbatasnya biaya.
Setelah semua urusan tiket udara dan penginapan sudah di conform lewat email, persiapan hanya ada satu malam untuk berkemas dan ini bukan hal yang sulit .
Esoknya jam sepuluh sudah antri dimeja check in dan setengah jam kemudian sudah berada didalam pesawat dan mendekati jam duabelas sudah bebas melewati pemeriksaan imigrasi bandara Changi.












Sesuai dengan informasi yang dikumpulkan langsung saja bergegas mencari kantin di basement untuk membuktikan kebenaran informasi soal makan murah serta baik di kantin ini dan benar juga, siang ini bisa makan nasi rawon murah untuk ukuran harga di pelabuhan udara, kebetulan waktu istirahat karyawan belum tiba sehingga masih ada tempat duduk dan meja yang kosong.
Porsi yang cukup sesuai dengan ukuran perut membuat rasa makanan menjadi enak dan sesuai dengan janji sendiri untuk tidak berfoya dengan makanan maka nasi rawon ini harus dianggap cukup dan tidak lebih serta jangan mencoba untuk memandang ke kios-kios lainnya karena bisa mengganggu niat hemat, sebab dikiri kanan kios nasi rawon ini ada banyak sekali makanan yang menarik untuk menjadi pemikat bagi mereka yang lemah iman makannya tetapi tebal isi dompetnya.

Sebelum perjalanan dilanjutkan segera saja mencari tempat dimana bisa minum gratis dan mengisi  di dua botol kosong yang sudah dipersiapan dari rumah dan ini tidak sukar asalkan rajin bertanya dan membaca.
Sebelum mengisi botol minum terlebih dahulu perut diisi dengan air minum ini karena ketika makan tadi tidak dilengkapi dengan minum (ngiritlah) dan setelah dirasakan cukup barulah dua  botol kosong ini diisi, disini jangan pernah malu atau gengsi, tidak ada orang yang memperhatikan kita.

Mengingat waktu yang mulai dihitung dan dengan berbekal peta transportasi MRT mulailah jejak-jejak kaki melangkah untuk meninggalkan bekas agar tanah singapore mengetahui bahwa pernah ada jejak kakiku mewarnai jejak-jejak kaki yang lain.

Hari pertama arah perjalanan adalah Sentosa Island, sebuah tempat yang menurut ceritera dan informasi yang didapat patut untuk dikunjungi, disanalah Studio Universal berada dan juga ada beberapa tempat lain yang menarik yang juga sama berada di Sentosa Island, 











Sudah disadari jika perjalanan hanya mengandalkan tiket penerbangan murah tetapi tidak menyiapkan dana yang cukup dan harus dikeluarkan jika mau bersenang-senang, ternyata di Sentosa Island diperlukan cukup biaya jika kita ingin menikmati perjalanan yang sedikit lain, terpaksalah harus berhati teguh, tidak terpengaruh oleh gangguan mata, yang penting sudah masuk ke Universal Studio dan jadilah bergaya ria dihalaman sekitar studio yang juga cukup indah untuk diceriterakan, selain itu memang tidak tertarik untuk masuk dan menikmati wahana yang ada, 











bosan berkeliling universal studio segera saja bergegas kembali ke stasion MRT dengan sedikit iri pada pelancong-pelancong lainnya yang mencoba kereta kabel atau menikmati pantai sentosa.


Tujuan selanjutnya adalah lokasi dimana ikon Singapore berada yaitu disekitar Marina, ini juga hasil dari banyak bertanya dan membaca peta, beruntung sekali pemerintah singapore menerbitkan peta perjalanan MRT yang cukup mudah untuk dibaca, petunjuk yang jelas dan arah yang tepat.
Kekaguman akan timbul apabila kita memperhatikan perjalanan menggunakan MRT, perpindahan dari satu kereta ke kereta selanjutnya selalu tepat waktu, hal ini memudahkan merencanakan perjalanan kita, apalagi soal kebersihan , tidak perlu diceritakan karena semua tau dan bukan rahasia umum.
Hari sudah mulai sore ketika memasuki kawasan marina sehingga cukup waktu untuk menikmati perjalanan disekitar sini, cuaca cerah menambah rasa lelah kaki tidak terasa, ya disini bisa berlama menikmati salah satu ikon yang harus dilihat jika berkunjung ke negara ini,







disini rasanya lebih bisa menikmati suasana singapore, landscape yang cantik, gedung tinggi menjulang dengan arsitektur modern, laut yang jernih dan tampak semuanya begitu teratur dan sengaja dibuat bukan saja untuk digunakan tetapi juga untuk dilihat dan dinikmati, berkeliling disekitar marina tidak habisnya merasakan keindahan kota (atau karena baru pertama kali kesini) cobalah perhatikan pemandangan disekitar sini ini,









pertama kali memanglah benar,    norak ! memang betul, begitulah emosi yang timbul seketika, tidak usah untuk berpura-pura untuk mengagumi betapa bersihnya lokasi ini, dengan tata letak bangunan yang memang direncanakan untuk bisa dinikmati disegala cuaca, dari tempatku berdiri memandang kearah barat dimana matahari mulai menurun tampak bangunan tinggi dengan segala pernik detail  arsitekturnya yang indah diletar belakangi oleh cahaya lembayung senja membuat semakin indah saja, untuk lebih menikmati suasana ini maka diputuskan untuk berkeliling sambil mencoba mencari atmosfir baru ,











rasa kagum melintas disepanjang tempat ini membuat rasa lelah tidak harus dipersoalkan, lalu lalang pengunjung lokal maupun wisatawan membuat pemandangan tersendiri dan malahan bisa menjadi bahan pembicaraan selain keindahan panorama sore hari.
Menyuyusuri koridor jembatan akan merasakan keinginan mata untuk selalu berkeliling melihat kesemua arah, hampir pasti kemana mata memandang akan menemukan sesuatu yang patut untuk dilihat, (menurut pendapat ku yang baru pertama kali kesini).


memang tidak ada sarana lain selain menggunakan kaki sendiri untuk menikmati tempat ini, kendaraan yang diperbolehkan hanya sepeda. Jangan kuatir untuk kelaparan atau haus, ada banyak gerai makanan yang dapat dikunjungi untuk mengisi perut agar menambah tenaga berjalan kaki, syarat untuk menikmati gerai makanan adalah tersedianya cukup dana, untunglah sewaktu di bandara changi semua botol bawaan sudah diisi dengan air minum dan bekal roti tawar dirangsel masih bisa menutup rasa lapar dan tenagapun menjadi ada karenanya.







bertahan hanya untuk menikmati suasana yang lebih nyaman termasuk suasana penggatian melemahnya sinar matahari menuju senja dan berganti menjadi malam, bukan kebetulan penerimaan malam bersama cerahnya langit membuat atmosfir penantian semakin terasa, keahlian para arsitek memadukan arsitektur gedung dengan special lighting yang membuat hidupnya mata yang sebenarnya telah mulai lelah terhadap kerasnya cahaya matahari, Penempatan lokasi gedung benar diperhitungkan dengan baik, sehingga keindahan gedung akan selalu nampak didalam suasana cahaya alam apapun, sinar lembayung senja membuat kaca diseluruh gedung menjadi berubah-ubah, aku mencoba merasakan bagaimana suasana ketika fajar menyingsing, semoga masih ada kesempatan,










waktu sudah menunjukan pukul tujuh malam lewat, kebetulan sekali ada sinyal lembut berbunyi dari rongga perut, merambat melawati syaraf langsung menuju ke otak untuk diterjemahkan dan hasilnya dalah rasa lapar yang mulai terasa.
Kembali peta dan bertanya adalah kebiasaan untuk di kerjakan agar isi dompet dan kebutuhan dapat sesuai, satu tempat lagi masih bisa dijangkau  dan itu adalah Bugis street, tempat yang terdekat dan masih bisa dijangkau sesuai ukuran kantong selain waktu yang ada.
Kembali lagi dengan MRT, hanya butuh beberapa menit sudah tiba di terminal Bugis dan kata pertama yang ditanyakan adalah restoran murah dan halal, beruntung pak satpam pasar bisa mengarahkan untuk segera makan malam karena sebentar lagi akan tutup.



rupanya memang beruntung, begitu masuk kedalam kedai, persediaan makanan  sudah mulai menyusut dan hanya ada beberapa porsi nasi lemak, tidak harus kompromi lagi langsung dipesan saja, kebetulan harganya terjangkau (murahlah).
Menikmati Bugis street setelah perut terisi membuat konsentrasi mata kembali normal dan hasilnya cuma liat-liat saja, maklum semua harus diperhitungkan dengan cermat dan lagi rasanya disini tidak membuat hati tergerak untuk memilih souvenir ataupun oleh-oleh lainnya.






waktu terus mengikuti dan kekhawatiran muncul ketika lelah sudah mulai terasa sangat, keasikan menikmati kota sampai lupa untuk urusan hotel, walaupun sudah dikonfirmasi lewat email tentang kepastian menginap tetapi hotelnya sendiri belum ditekahui berada dimana.
Berbekal peta  MRT lagi maka ditelusurilah lokasi hotel yang berada di dekat stasion MRT Clark Quay yang tidak jauh dari stasiun Bugis.
Tiba di Clark Quay suasana sudah sepi, lalu lalang kendaraan tidak lagi ramai,  teringat suasana malam di kampung sendiri, jangan-jangan banyak preman dan kesalahan bertanya bukannya menapat jawaban bisa-bisa barang hilang, tetapi berbekal kenekatan dan sedikit keberanian untuk bertanya sambil mencari siapa tau ada petugas jaga atau minimal polisi tetapi sejauh ini belum didapat, satu dua orang ditanya letak jalannya saja banyak yang tidak tau, terpaksalah berjalan kaki sedapatnya sambil mencari lokasi sesuai peta di yang ada di gadget.
Selagi serius melihat peta sambil mencoba mencari arah mata angin tidak sengaja nama jalan yang dicari sudah ada didepan mata, terletak diseberang jalan tulisan Hongkong street dengan jelas terbaca walaupun kecil.
Kegembiraan belum selesai karena harus mencari jembatan penyeberangan yang letaknya cukup lumayan untuk diikuti dan mencoba untuk berdisiplin karena dinegeri orang, maklum dimana-mana terpasang cctv, tetapi sesuai karakter asal, tergodalah melihat beberapa orang berani menyeberang tanpa kuatir dan tanpa berpikir lagi segera saja mengikuti mereka dan ternyata setelah sampai diseberang mereka semua tertawa bangga dan disitulah ketahuan bahwa mereka itu juga orang sebangsa dan setanah air.
Beruntung tulisan hotel terbaca jelas walaupun sedikit ragu, terletak disebuah ruko dan harus naik dua lantai, dan begitu tiba dicounter receptionis langsung ditegur untuk melepas alas kaki, di hotel ini tidak diijinkan menggunakan alas kaki, semua harus disimpan di rak yang tersedia.
Satu kamar diisi dua belas tempat tidur, begitulah yang didapat sesuai dengan iklannya di internet, cukup bersih dan rapih selebihnya tidak berisik dan penyejuk udara berjalan lancar sehingga tidur dirasakan benar-benar lelap.
Kembali menikmati suasana negeri ini sambil menunggu waktu untuk penerbangan kembali ke tanah air dan keteguhan hati tetap dijaga untuk tidak menghamburkan dana yang memang tidak ada dan tidak dicadangkan, sarapan pagi gratis di hotel benar-benar dimanfaatkan walaupun cuma roti bakar dan teh manis tetapi tidak dibatasi hanya menggunakan perasaan saja.
Perjalanan kali ini menuju China Town yang cuma lima menit dari lokasi hotel, beruntung hari masih pagi dan cuaca cerah sehingga bisa menikmati cerianya warnawarni gedung yang ada,















berkutat dengan waktu dan tenaga, tidak semua tempat dapat dikunjungi, penerbangan kembali ke tanah air jam dua belas berarti harus berada di Changi dua jam sebelumnya (masih merasa di bandara negeri sendiri) begitulah kecamuk ingin tahuku akan negeri ini menjadi terbatas dipagi ini, tetapi tidak boleh disesali karena perjalanan ini semua diluar rencana dan tidak direncanakan, akhirnya hanya ikon-ikon singapore saja sudah membuat hati ini puas.
Kembalilah menyusuri koridor stasion MRT mencari tiket menuju Changi airport,





Changi Airport telah membentuk pendapat lain dibenakku dan tidak ingin membandingkan dengan kondisi airport dinegara sendiri tetapi menikmati bandara changi bagaikan berjalan-jalan didalam mall, jika tidak ingat waktu dan tidak dibatasi oleh waktu keberangkatan, pastinya seharian berkeliling dari satu airport keairport lainnya belumlah puas, beruntung ada batasan waktu sehingga tidak semua sudut bandara dapat dinikmati dan membuat rasa penasaranku bertambah lagi, tetapi cukuplah perjalanan ini untuk dinikmati dan diceritakan.

































setelah perjalanan ini selesai maka kembalilah jiwa ragaku menyatu dengan alam negeri indah tercinta.