Senin, 31 Desember 2018

MEREKAM SUNSET DI PULAU SANGIANG

MENIKMATI MATAHARI TERBENAM DI PULAU SANGIANG

Sebuah kenikmatan tersediri bisa menyaksikan detik detik matahari terbenam dan oleh karena itu cerita ini sengaja dipisahkan dengan cerita perjalanan di pulau Sangiang (Tracking di pulau Sangiang)

17.33




17.34




17.35




17.41





17.42



17.43



17.45



17.46



17.47



17.48



17.50



17.51"



17.52



17.53



17.54



17.55



17.56  to 17. 57



















sebuah kepuasan tersendiri bisa merekam dan menikmati terbenamnya matahari.


Sebulan setelah pengambilan gambar ini  Selat Sunda dilanda bencana alam Tsunami tetapi matahari tetap setia memberikan sinarnya kepada alam dan manusia. Semoga keindahan ini masih dapat dinikmati oleh kita dikemudian hari.



Catatan Perjalanan 17-18 November 2018
Terima kasih kepada teman-teman Mapala FT Untar.

TRACKING DI PULAU SANGIAN, BANTEN


PULAU SANGIANG DI SELAT SUNDA


Pelabuhan keberangkatan ini nampaknya tidak begitu terurus dengan baik, tidak bisa diketahui apakah pelabuhan ini milik pemerintah atau swasta,
tidak nampak kegiatan dikolam pelabuhan sebagaimana pelabuhan umumnya, hanya ada beberapa perahu nelayan dan kapal ikan yang sedang sandar dan beberapa orang Nampak sibuk mondar mandir keluar masuk kapal dan didaratan beberapa bangunan Nampak tidak terurus bahkan dapat dikatakan bagaikan bangunan mati, padahal jika dilihat dari bentuknya barangkali fasilitas ini 
pernah digunakan dengan baik atau barangkali cukup baik untuk ukuran pelabuhan kapal.
Mereka menyebutnya dermaga Green, entah apakah ada hubungannya dengan Resort Green Garden yang pasti lokasi ini adalah titik keberangkatan menuju pulau Sangiang.










Jam 06 pagi hampir empat puluh penumpang mulai masuk kedalam kapal yang telah ditentukan dan dengan muatan empat puluh orang Nampak masih cukup luas untuk dapat duduk dengan leluasa dilantai kayu.
Merambat perlahan keluar dari kolam pelabuhan Kapal ini cukup stabil dan nyaman apalagi cuaca pagi ini cukup baik hanya saja hembusan angin cukup kencang membuat permukaan laut menggeliat agak keras dengan mengguncang kapal selama perjalanan tetapi semua ini dinikmati oleh penumpang, buktinya tidak menyurutkan para penumpang untuk mengambil foto diri atau saling canda diantaranya.










Untuk yang jarang berpergian dengan kapal laut waktu perjalanan satu jam barangkali akan terasa sangat lama tetapi semua sudah dijalani dan nampaknya menyenangkan.
Sebelum memasuki  bibir pulau , penumpang dibolehkan menikmati laut dibeberapa spot snorkeling yang ada.































Pulau Sangiang sendiri mempunyai resort yang cukup baik tetapi perjalanan kali ini adalah perjalanan tidak menuju resort tetapi menuju alam bebas terbatas, maksudnya semua fasilitas serba terbatas.
Dermaga rakyat di pulau ini berada didalam pulau dan kapal harus melewati hutan bakau yang cukup sempit dan hanya cukup dilalui untuk satu kapal saja, itupun harus dilakukan dengan keahlian tersendiri dan kondisi ini sempat dinyatakan sebagai petualangan ala amazon oleh para penumpang.













Kolam perlabuhan didalam pulau ternyata cukup luas dan nyaman untuk ukuran penduduk yang hanya dihuni oleh kurang lebih tujuh puluh kepala keluarga saja.














Lokasi yang dituju harus dilalui dengan berjalan kaki memotong pulau kurang lebih lima belas menit perjalanan menuju pantaI dan home stay,
Pantai ini sebenarnya cukup indah tetapi sayang sekali, tidak ada yang peduli dengan sampah bekas pengunjung atau sampah bawaan dari laut.
Tidak jelas siapa yang harus membersihkan pantai ini, tidak ada pengelola khusus, hanya ada satu warung dengan fasilitas seadanya, tiga homestay dengan kondisi terbatas, kamar mandi seadanya, mushola sederhana.
Panjang pantai cukup luas dengan pasir putih serta beberapa bebatuan dan tebing yang cukup untuk lokasi menikmati laut dan spot foto.


















 


 










































Tidak jauh dari pantai, keindahan laut bisa dinikmati dari bukit-bukit yang ada di pulau ini, dan masing-masing sudut bukit telah diberi nama, seperti bukit cinta, bukit begal, dua kelelawar dan beberapa nama lainnya.
untuk mencapai lokasi ini harus melewati tracking jalan yang cukup menarik dengan kondisi kontur tanah yang berbeda-beda.





























































































































Pulau ini cukup bisa dinikmati bagi mereka yang suka tracking jalan kaki, mendaki bukit, melintas hutan dan rawa, masuk ke perkampungan yang semua dilakukan dengan berjalan kaki dan lumayan untuk dapat diceritakan.









Bermain dengan sunset

Suasana matahari akan terbenam memang membuat sensasi sendiri, berbagai gaya dapat dilakukan disini





























Sunset yang sesungguhnya lihat blog lanjutannya (Menikmati matahari terbenam di Pulau Sangiang)


Waktu kembali tidak dapat ditawar, ditinggal atau tetap sendirian di pulau ini, yang datang dan yang pergi memang harus ada......














Catatan Perjalanan bulan 17-18 November 2018.
Terima kasih kepada teman-teman Mapala FT Untar .


Tulisan ini diunggah kira-kira  seminggu setelah kejadian bencana Stunami di selat Sunda (22 Des 18) yang juga melanda di Pulau ini, semoga keindahan pulau ini dapat dinikmati kembali.