Selasa, 19 Juni 2018

Menjemput Keindahan di Situ Gintung (2)

Pada hari Sabtu

Pada Jam 06.09 sampai 06.25

Seperti yang pernah diceritakan sebelumnya, keindahan di situ ini tidak bisa dilihat setiap saat tetapi harus di jemput sesuai dengan suasana hati dan keramahan alam.
Bulan Pebruari selepas fajar dan kerinduan akan lukisan alam membuat hati menjadi ingin mencumbu dan memburu keindahan di Situ Gintung dan hasilnya sungguh membuat rasa menjadi bertambah kagum akan pencipta keindahan alam.

terus mengikuti jalannya waktu dari tiap menit ke menit maka Nampak sekali alam semakin manja untuk dirayu agar mengeluarkan emosi keindahannya






mungkin saja ini hanya perasaanku  saja atau memang kesederhanaanku menangkan keindahan alam yang begitu emosional sehingga gambar-gambar yang cuma biasa saja menjadi begitu penuh  arti dan memberikan kepuasan tersendiri, bisa jadi.


Pada 06.59
Merambatnya waktu maka merambat pula perbedaan suasana, ketika matahari semakin menunjukan keperkasaannya untuk menerangi bumi maka suasana hatipun berubah untuk menyesuaikan, dan keindahan itu kini berganti 






Pada 17.46

Kembali keyakinan hati semakin yakin bahwa tiap detik alam memberikan kita suasana indah dan untuk menangkap keindahan itu tergantung dari masing-masing rasa dan suasana, 




Pada 18.10


Menutup hari dan mengantar matahari ke balik bumi maka alam memberikan kembali tanda perpisahan kepada hati yang sudah menikmatinya.








Menjemput Keindahan di Situ Gintung tetap akan berkepanjangan,.karena hati dan rasa juga ingin menikmati keindahan, nikmati keindahan selanjutnya.

Terima kasih


Senin, 11 Juni 2018

Menjemput Keindahan di Situ Gintung ( 1)


Pada jam 6.12 AM





Mengapa harus dijemput, apakah tanpa dijemput tidak menjadi indah,
Jawabannya adalah ada dalam diri kita sendiri, karena kesempatan melihat indahnya Situ Gintung bisa dilihat ketika hati dan alam bersatu lewat mata lalu untuk memindahkannya kedalam lensa kamera.
Tidak semua mata dapat mengatakan sama ketika melihat suatu objek termasuk mengatakan bahwa bertandang ke Situ Gintung pada waktu setelah fajar menyingsing hanya pekerjaan yang tidak perlu diseriuskan.
Benar memang dan benar tidak, tetapi cobalah buktikan apa yang dilakukan para pengunjung disana pada waktu fajar, ada yang serius memperhatikan pelampung kail dan ini dilakukan sudah berjam-jam  walaupun hasilnya hanya beberapa ekor ikan, ada pula yang serius mengatur napas setelah melakukan olahraga lari ataupun jogging, sebagian juga yang Cuma menikmati air situ atau menikmati semilir angin, kadang terlihat juga beberpa asik menghembuskan asap rokok keudara sambll bercengkerama atau berhayal, masing-masing adalah bagian dari pencari kenikmatan dan keindahan termasuk saya yang berkeliling situ berjalan kaki sambil mencari obyek mata lewat kamera dan disitulah bedanya antara saya dan yang lain.


Saya lebih suka dengan mengatakan menjemput keindahan karena saya memang menjempunya, bukan menunggu atau mencari, sambil berolah raga jalan kaki yang lebih dari 4 kilometer tidak setiap saat dapat kesempatan yang menurut saya sangat jarang dan hanya dapat dinikmati pada cuaca dan jam tertentu yang tidak dapat diprediksi itu kapan akan terjadi, seperti pada foto yang saya tampilkan ini dimana pada jam yang sama belum tentu saya akan mendapatkan suasana yang sama, jadi setiap saya melakukan rutinitas olah raga di Situ ini saya selalu menyiapkan kamera hanya untuk menjemput keindahan yang menurut mata saya sangatlah indah dan menarik.
Inilah sebagian dari keindahan di Situ Gintung yang sempat saya jemput hanya demi memuaskan mata dan batin akan kebesaran Sang Pencipta.









Jika tertarik cobalah.