Rabu, 18 Maret 2015

Situ Gunung (sejak dulu diam menyendiri)

Tidak banyak berubah,
Begitu kata hatiku ketika kembali menyusuri tempat ini, hanya memakan waktu 2 jam dari ibukota menuju lokasi ini, sejak dahulu tempat ini menjadi tempat tujuan untuk berkemah ataupun kegiatan alam lainnya, aku ingat ketika pertengahan tahun tujuh puluhan ikut bergabung untuk berkemah disini dan sejak itu menjadi sering seiring dengan kegiatanku di alam terbuka.
Kali ini aku mencoba membuka kenangan lama sambil menikmati suasana baru ditempat ini dan ternyata masih senyaman dulu, 


situ gunung masih menyimpan ketenangannya sejak dulu, membiarkan airnya menjadi pendiam sehingga kepada kita diminta untuk mencari sendiri arah lamunan dan membiarkan udara tetap sejuk membuat arah lamunan semakin kencang untuk dituju.
Tidak banyak yang harus diceritakan karena situgunung sendiri tetap diam membiarkan jiwa kita menikmati keindahan diamnya.
























Situ gunung memang masih diam tetapi disekitarnya mulai tumbuh perubahan yang mencoba menggeliatkan diamnya.





cobalah menyusurinya dan menggugah diamnya situ gunung.

Kamis, 12 Maret 2015

Medan, menikmati sedikit sudut-sudut kotanya.

Menikmati Medan, what you see what you get.


kota yang luas ini sangat boleh dinikmati siapa saja dan kali ini langkahku mencoba meneliti sudut-sudut kota ini walaupun dalam luasan yang hanya sekuat langkah kaki dan itupun hanya dibagian tengah kota dengan harapan akan mendapatkan ikon-ikon kota yang bisa dilihat dan dinikmati.


Memulai dari jalan-jalan  utama dimana banyak pejabat bertempat tinggal dan kebetulan cukup sejuk dan nikmat untuk dilalui berjalan kaki,

hampir seperti kota besar lainnya, jalan utama selalu identik dengan rindangnya pohon ataupun gedung dan rumah dengan arsitektur lama dan beberapa tempat mencoba memadukan gaya arsitektur modern.








pagi hari adalah waktu yang tepat untuk menikmati tengah kota ini, lalu lintas belum menggeliat keras dan udara masih bisa dikompromi masuk kedalam tubuh dan banyak ciri khas yang didapatkan dengan lebih leluasa menikmatinya.


Gedung tua dengan ciri khas yang menunjukan jaman dan situasi arsitektur saat itu sangatlah nampak dikota ini , bangunan dua atau tiga lantai disisi jalan raya menunjukan bagaimana fungsi bangunan itu sendiri, sebagai tempat tinggal maupun usaha.

Beberapa bangunan mencoba untuk beradaptasi dengan kemajuan jaman sehingga bentuk asli masih bisa nampak walaupun lebih menonjolkan sisi modern .

Ciri khas kota tua masih bisa dinikmati disini dan juga moda angkutan yang khas seperti becak bermotor ataupun becak gerobak yang masih boleh beroperasi dijalan-jalan protokol.

Sayangnya keindahan kota ini agak terganggu dengan banyaknya reklame/billboard disepanjang jalan sehingga berkesan sangat padat tidak teratur  dan menghalangi keindahan arsitektur bangunan dan landscape kota. 


Selebihnya mari kita nikmati kota ini apa adanya secara acak. dimulai dari pagi hari di jalan Sudirman, penjual minuman, tukang roti ataupun becak motor sudah meramaikan kota,




sebuah kantor pos mungil berdiri sendirian dipersimpangan jalan,




Selepas jalan sudirman bertemu dengan perempatan jalan yang sering disebut simpang "waspada", nama perempatan ini diambil dari nama sebuat surat kabar yang kebetulan berkantor dilokasi ini,







bangunan cantik ini diam tertidur, jika berjalan kearah kanan akan akan menjumpai istana Maimun  dan Mesjid Raya peninggalan kesultanan Deli yang diseberangnya ada taman Srideli, 
Jika jalan kearah kiri akan membawa kita menuju jalan Ahmad Yani (kesawan square)























































sekarang kita mengarah ke jalan Ahmad Yani yang dahulu pernah menjadi ikon kota Medan dengan adanya Kesawan Square dimana pada malam hari lokasi ini ditutup untuk kendaraan dan diganti dengan beraneka ragam penjual kuliner, sayang sekali sekarang sudah tidak ada lagi dengan dibukanya Merdeka Walk, dimana sebagian lahan alun-alun kota (lapangan Merdeka) dimanfatkan untuk penggemer kuliner tingkat menengah keatas.







kawasan ini boleh dikatakan kota tua dari kota Medan, selain berdiri rumah Tjong Afie, seorang yang pernah ditunjuk oleh pemerintahan Belanda waktu itu  sebagai walikota atau orang yang dipercaya mengurusi kota Medan, kawasan ini juga berdiri bangunan-bangunan dengan gaya arsitektur kolonial, hanya sayangnya banyak dari bangunan tidak terawat dan dipenuhi oleh reklame,












jalan ini mengarah ke Lapangan Merdeka yang juga dikelilingi oleh bangunan dengan gaya arsitektur kolonial, selepas jalan Ahmad Yani kita akan menjumpai bangunan yang monumental gedung Lonsum milik perusahaan perkebunan London Sumatera, dan gedung Balai kota (city hall) yang sekarang terpaksa terletak di halaman hotel Aston dan ada juga bangunan Kantor Pos yang terpaksa mengalah karena halamannya digunakan untuk jalan raya dan pedagang kaki lima.













Stasiun kereta api ini baru mengalami renovasi besar mengingat sudah berfungsinya bandara internasional Kuala Namu, sehingga keasliannya sudah tidak tampak lagi.
Diseberangnya adalah lapangan Merdeka yang juga menyisihkan lahannya untuk area parkir dan kumpulan pedagang buku bekas serta tempat wisata kuliner,  sangatlah disayangkan karena dimana tempatpun di negara kita, alun-alun kota selalu menjadi ikon untuk dinikmati secara terbuka, beruntung dibagian tengah masih ada lahan yang cukup luas untuk dinikmati para warga untuk berolah raga atau tontonan komersil lainya.





bangunan dan fasilitas umum yang cukup menarik untuk tidak dilewatkan, gambar diatas adalah sebuah jembatan penghubung yang dahulunya kemungkinan jembatan gantung mengingat sekarang jembatan itu disebut "titi gantung ".





Pasar Sentral atau "pajak sentral" merupakan salah satu pasar yang cukup besar ditengah kota, biasanya dimulai dari tengah malam hingga pagi hari mereka berjualan disisi jalan dan kebanyakan adalah pedagang sayuran  dan buah-buahan, sedangkan didalam dibagian  dalam gedung pasar dapat dijumpai berbagai kebutuhan sehari-hari dan salah satunya yang terkenal adalah ikan asin.








Masih disekitar lapangan merdeka sebagai pusat kota, masih banyak banguna menarik yang sayangnya tidak terpelihara, mengarah ke barat dari lapangan merdeka melalui jalan disebelah gedung Lonsum mengarah ke jalan Hindu  akan dijumpai gedung yang seharusnya sangat menarik, entah mengapa gedung ini dibiarkan merana dan mungkin juga sengsara.
Mengikuti jalan Hindu bangunan-bangunan lama masih bisa dinikmati walaupun dengan kondisi yang menyedihkan.






















selebihnya adalah lokasi-lokasi yang cukup menarik di kota Medan,







segini dulu ya,