Selasa, 17 Mei 2016

Menikmati Reog Ponorogo di kota Medan.

Asiknya Nonton Reog Ponorogo di jalanan


Rutinitas minggu pagi adalah jalan kaki keliling kota Medan (semampunya lah) dan pusat perputaran untuk kembali adalah di lapangan Merdeka, biasanya ditambah satu atau dua putaran dilapangan sambil cuci mata, tetapi kali ini acara jalan-jaan memutar tidak dilakukan, sebab dijalan raya sudah nampak keramaian yang menyita perhatian para pejalan kaki, rupanya ada pertunjukan Reog Ponorogo yang dimainkan anak-anak muda keturunan para perantau tanah Jawa yang sudah menetap puluhan tahun di Medan dan terus bergenerasi sampai sekarang.

sebagai sesama perantau tentunya pertujukan ini merupakan obat kerinduan akan ceritera dan sejarah hidup, memainkan reog Ponorogo di bukan tanah kelahirannya adalah merupakan kebanggaan yang tidak terhingga, semangat dan dedikasi mereka dalam mempertahankan kesenian warisan nenek moyang patut di apresiasi.



pertunjukan ini nampaknya begitu dinikmati oleh para pengunjung, hal ini dapat terlihat dari ramainya mereka menyaksikan dan juga merupakan pertunjukan yang jarang dilhat apalagi dilakukan di jalan raya dan tanpa bayaran.

kepandaian mereka memainkan perannya masing-masing sungguh memukai, kelenturan badan dalam tarian dan gerakan akrobatik sungguh membanggakan, apalagi dilakukan oleh remaja yang kita ketahui bersama mereka mulai meninggalkan kesenian asli negeri ini dan lebih tertarik dengan kesenian luar.






tidak terkecuali kaum remaja putri ikut memeriahkan dengan menari Jathil atau pajurit bekuda dan dikenal dengan Jathilan, demikian juga  anak-anak ikut meramaikan pertunjukan ini dan mereka sama semangatnya dengan yang lain, 




Reog adalah salah satu kesenian budaya yang berasal dari Jawa Timur bagian barat-laut dan Ponorogo dianggap sebagai kota asal Reog yang sebenarnya. Gerbang kota Ponorogo dihiasi oleh sosok warok dan gemblak, dua sosok yang ikut tampil pada saat reog dipertunjukkan. Reog adalah salah satu budaya daerah di Indonesia yang masih sangat kental dengan hal-hal yang berbau mistik dan ilmu kebatinan yang kuat.


Ada lima versi cerita populer yang berkembang di masyarakat tentang asal usul Reog dan Warok , namun salah satu cerita yang paling terkenal adalah cerita tentang pemberontakan Ki Ageng Kutu, seorang abdi kerajaan pada masa Bhre Kertabhumi, Raja Majapahit terakhir yang berkuasa pada abad ke-15. Ki Ageng Kutu murka akan pengaruh kuat dari pihak istri raja Majapahit yang berasal dari Tiongkok, selain itu juga murka kepada rajanya dalam pemerintahan yang korup, ia pun melihat bahwa kekuasaan Kerajaan Majapahit akan berakhir. Ia lalu meninggalkan sang raja dan mendirikan perguruan di mana ia mengajar seni bela diri kepada anak-anak muda, ilmu kekebalan diri, dan ilmu kesempurnaan dengan harapan bahwa anak-anak muda ini akan menjadi bibit dari kebangkitan kerajaan Majapahit kembali. Sadar bahwa pasukannya terlalu kecil untuk melawan pasukan kerajaan maka pesan politis Ki Ageng Kutu disampaikan melalui pertunjukan seni Reog, yang merupakan "sindiran" kepada Raja Kertabhumi dan kerajaannya. Pagelaran Reog menjadi cara Ki Ageng Kutu membangun perlawanan masyarakat lokal menggunakan kepopuleran Reog.












Dalam pertunjukan Reog ditampilkan topeng berbentuk kepala singa yang dikenal sebagai "Singa barong", raja hutan, yang menjadi simbol untuk Kertabhumi, dan diatasnya ditancapkan bulu-bulu merak hingga menyerupai kipas raksasa yang menyimbolkan pengaruh kuat para rekan Cinanya yang mengatur dari atas segala gerak-geriknya. Jatilan, yang diperankan oleh kelompok penari gemblak yang menunggangi kuda-kudaan menjadi simbol kekuatan pasukan Kerajaan Majapahit yang menjadi perbandingan kontras dengan kekuatan warok, yang berada dibalik topeng badut merah yang menjadi simbol untuk Ki Ageng Kutu, sendirian dan menopang berat topeng singabarong yang mencapai lebih dari 50 kg hanya dengan menggunakan giginya [2]. Kepopuleran Reog Ki Ageng Kutu akhirnya menyebabkan Bhre Kertabhumi mengambil tindakan dan menyerang perguruannya, pemberontakan oleh warok dengan cepat diatasi, dan perguruan dilarang untuk melanjutkan pengajaran akan warok. Namun murid-murid Ki Ageng kutu tetap melanjutkannya secara diam-diam. Walaupun begitu, kesenian Reognya sendiri masih diperbolehkan untuk dipentaskan karena sudah menjadi pertunjukan populer di antara masyarakat, namun jalan ceritanya memiliki alur baru di mana ditambahkan karakter-karakter dari cerita rakyat Ponorogo



Hingga kini masyarakat Ponorogo dan keturunannya hanya mengikuti apa yang menjadi warisan leluhur mereka sebagai warisan budaya yang sangat kaya. Dalam pengalamannya Seni Reog merupakan cipta kreasi manusia yang terbentuk adanya aliran kepercayaan yang ada secara turun temurun dan terjaga. Upacaranya pun menggunakan syarat-syarat yang tidak mudah bagi orang awam untuk memenuhinya tanpa adanya garis keturunan yang jelas. mereka menganut garis keturunan Parental dan hukum adat yang masih berlaku.





jadi pantaslah kita berbangga dengan kesenian ini dan pantas pula jika kita mempertahankan dan melestarikan kesenian ini karena ini memang asli milik bangsa Indonesia.


note :
sebagian narasi disalin dari wikipedia Indonesia


















Selasa, 10 Mei 2016

Situ Gintung, tempat memecah rutinitas

Situ Gintung,



Nama Situ Gintung mendadak mencuat setelah lama tidak dilirik,  Jum'at, 27 Maret 2009 tanggul Situ Gintung jebol dan mengakibatkan korban jiawa dan harta.
Mendadak mejadi terkenal dan publik mulai mencari tau, apakah ada situ sebesar itu  di Jakarta dan dimana letaknya.
Untuk mereka yang terlahir  di Jakarta atau paling tidak tinggal disekitar Jakarta selatan hampir pasti mengenal nama Situ Gintung walaupun belum pernah mengunjunginya, jika kita naik bis dari pasar jum’at kearah ciputat pasti kondektur akan berteriak menyebut nama Situ Gintung bila melewatinya.


Buat orang-oang tua yang ketika tahun enampuluhan atau tujuhpuluhan masih menikmati sepeda sebagai kendaraan pribadi untuk beraktifitas pasti akan mempunyai kenangan tersendiri  dimana biasanya berakhir pekan dengan bersepeda beramai-ramai menuju Situ Gintung seperti yang pernah aku nikmati ketika itu, bersepeda beramai-ramai  mencari  lokasi jalan yang belum pernah dilalui dan biasanya untuk pos istirahat adalah Situ Gintung.
Secara geografis Situ Gintung bukanlah wilayah ibu kota Jakarta tetapi masuk kota Tangerang Selatan karena letaknya dipinggir dan lebih dekat ke perbatasa Jakarta maka sering orang mempermudahnya dengan menyebutnya di Jakarta.


Kini Situ Gintung sudah dibenahi dan lebih tertata, batasan situ menjadi jelas dan bukan merupakan milik pribadi-pribadi seperti sebelumnya, jalan keliling situ sudah diberi  perkerasan conblock sehingga sangat nyaman untuk dilalui, hal ini tidak terjadi dulu sebelumnya dimana kita tidak bisa keliling situ karena beberapa tempat dipagar oleh pemilik tanah atau restoran, rupanya  dengan kejadian jebolnya tanggul Situ Gintung membawa perubahan yang cukup baik, sekarang Situ ini mulai terawat  dan perubahan ini juga membawa berkah buat warga sekitarnya dimana mereka bisa mendapatkan penghasilan dari parkir kendaraan atau  berjualan, hanya sayangnya dibeberapa bagian situ mulai dipenuhi oleh keramba-keramba yang dikhawatirkan akan mempengaruhi kwalitas air situ atau menjadi tidak terkendali sehingga keindahan situ ini menjadi berkurang.

Sekarang mari kita lihat bagaimana Situ Gintung saat ini, foto-foto ini akan membawa kita berkeliling situ.
Bila kita masuk dari jalan Ciputat Raya maka mata kita akan langsung dapat meilihat ke arah bendungan ,


berjalan searah jarum jam dimulai dari sini dan jika anda sendirian jangan kuatir, anda akan mendapatkan teman seperjalanan asalkan anda berani menyapa mereka dengan sopan sesuai kondisi waktu, ucapan selamat pagi atau selamat sore atau permisi saya duluan, pasti mereka akan membalas sapaan kita 


menentukan pilihan untuk berjalan biasa atau berjalan cepat adalah merupakan keputusan yang mudah karena disepanjang jalan banyak dijumpai hal-hal yang bisa buat bahan pembicaraan.



kadang kita bisa berubah niat setelah melihat kondisi sebenarnya, ada muncul dibenak kita untuk tidak lupa membawa alat pancing jika kesini lagi atau mencoba datang diwaktu jam yang lain untuk melihat bagaiman suasana fajar atau senja hari disini.

jangan terpengaruh cuaca, musim kemarau atau musim hujan, tempat ini selalu ramai untuk berolah raga untuk siapa saja, termasuk hewan.



untuk berkeliling situ, jika kita berjalan kaki seperti biasa membutuhkan waktu hampir sembilan puluh menit atau jika kita jalan kaki olah raga sedikit cepat rata-rata dalam enam puluh menit seluruh keliling situ sudah dapat kita lalui, apalagi jika kita sedikit berlari hanya memerlukan waktu empat puluh lima menit.

Sebagian warga masih menggunakan area situ itu sebagai mata pencaharian, baik sebagai petani buah atau sebagai penjaga rumah yang mulai bertebaran disekeliling situ.



Keramba.
inilah keramba-keramba yang mulai menghawatirkan akan semakin meluas dan bisa menghilangkan keindahan situ ini dan juga pencemaran air situ, menurut 
i
menurut informasi semula hanya penduduk sekitar saja yang menggunakan keramba untuk berternak ikan tetapi sekarang sebagian dimiliki oleh pemodal luar, semoga hal ini dapat diperhatiak oleh instansi yang berwenang terhadap kondisi situ ini.




jalan kaki atau duduk ditanah tidak dilarang disini, seperti yang dilakukan balita ini,

apalagi bersepeda, bisa dilakukan asalkan berhati-hati karena akan bersinggungan dengan para pejalan kaki atau pelari lainya, syaratnya hanya satu, saling tegur sapa akan sangat membantu kenikmatan kita dalam berkeliling situ.

Berburu ikan menggunakan bedil laras panjang.





di situ ini kita bisa menyaksikan salah satu inovasi dalam memancing adalah berburu ikan menggunakan bedil laras panjang alias menembak ikan, melalui modifikasi senapan angin bapak ini menjadikan senapannya sebagai alat memancing ikan yaitu merubah tekanan angin dengan kekuatan gas yang ada dilaras bedil akan melontarkan mata kali yang dimodifikasi akan bisa menembus ikan yang ada dipermukaan air dan apabila mengena ikan langsung bisa ditarik kedarat karena dilaras senapan juga tersedia gulungan tali pancing/senar pancing, persis seperti memancing biasa hanya memerlukan kejelian mata untuk melihat ikan yang berenang dipermukaan.




diantara keramba juga ada bertebaran jalan tarik yang digunakan untuk menjaring ikan didalam keramba atau diluar keramba.

dibawah pohon ini anda bisa melamun menikmati orang memancing atau sambil ngobrol bisa pesan kopi atau teh dan mungkin juga bisa membakar ikan hasil memancaing atau menjala.








jala tarik juga bisa digunakan ditepi tergantung dari keinginan si pemilik, dan menurut mereka untuk mendapatkan ikan juga diperlukan pengetahuan cuaca dan kebiasaan ikan, sehingga tidak jarang pencari ikan akan bernasib sial tidak mendapatkan seekor ikan pun, tetapi tidak jarang pula berhasil mendapatkan ikan melebihi dari biasanya.

Luasan Situ Gintung diperkirakan hampir mencapai 31 hektar sehingga kita bisa menyaksikan dari segala sudut bagaimana situ ini menawarkan keindahan, situ ini berada dibawah pengawasan Dinas Pekerjaan Umum Propinsi Banten dan secara resmi telah menjadi sebuah Bendungan dengan nama Bendungan Gintung sejak 2010 melalui Peraturan Pemerintah No.37, tetapi masyarakat masih mengenal lokasi ini dengan nama Situ Gintung .










jadi jangan tunggu atau ketinggalan berita lagi segera cari situ ini dan coba cocokan foto ini dengan kondisi aslinya.


banyak akses menuju Situ Gintung, selain melalui jalan raya Ciputat juga bisa melalui jalan Kerta Mukti dan Pisangan Raya dimana bertebaran kampus UIN seperti tampak di foto ini,

inilah lokasi dimana jebolnya Situ Gintung 2009, saat ini sudah tidak nampak lagi bekas-bekas dimana Situ ini pernah jebol, yang ada malahan ke indahan dan kenyamanan dan jika anda malas berkeliling dapat duduk-duduk santai diatas bendungan ini atau melakukan pendinginan  setelah berkeliling situ, ada juga penjual makanan yang cukup murah dan ramai disini.


















Keindahan Situ ini agak terganggung oleh mereka yang kurang memperdulikan lingkungan seperti adanya lapak barang bekas dan tempat pengelolaan sampah liar yang dibiarkan dan sangat mengganggu pengunjung dan bukan tidak mungkin akan bertambah luas bila tidak dilakukan pencegahan atau pembenahan.




jangan pernah bertanya kapan waktu yang tepat untuk menikmati Situ Gintung, sembarang waktu silahkan dan inilah foto-foto sembarang waktu untuk dinikmati.












selebihnya silahkan luangkan waktu untuk mencoba berkeliling Situ Gintung