Jumat, 25 Oktober 2019

Pulau Harapan - yang penuh semangat




Tidak ada yang mengira bahwa bisa terjebak macet pada pukul enam pagi di Pluit, tepatnya dijalan masuk ke kawasan pelabuhan perikanan Muara Angke, supir grab sebelumnya sudah memberikan informasi bahwa setiap week end pagi jalan masuk ke pelabuhan perikanan Muara Angke macet total tetapi dengan pengetahuan yang terbatas mencoba menganalisa secara sendiri-sendiri dengan pengalaman sendiri, bahwa sabtu adalah bukan hari kerja jadi mana mungkin akan macet seperti kondisi kota Jakarta pada umumnya.
Selepas tikungan jalan pasar pluit kendaraan sudah mulai tersendat, didalam mobil kami mulai saling pandang dan mencoba untuk tidak percaya, ini mungkin hanya sesaat atau hanya kebetulan saja tetapi melihat banyaknya para penjalan kaki lengkap dengan back packernya yang menurut kami mereka juga bagian dari kami yang ingin menuju pelabuhan Kalimati secara perlahan kami mulai mempercayai, pergerakan mobil semakin lambat dan hamper tidak berjalan, sedangkan waktu mulai merambat naik padahal sesuai jadwal , peserta trip kepulauan seribu harus sudah kumpul jam 06.30 apalagi diantara kami sama sekali belum mengenal lokasi Pelabuhan Kalimati sehingga tidak ada patokan dengan kondisi seperti ini bisa mencapai lokasi titik kumpul sesuai jadwal.
Hampir sepuluh menit mencoba berunding didalam mobil akhirnya kami putuskan untuk turun dijalan dan mencoba mengikuti anjuran supir grab untuk naik kendaraan semacam  odong-odong yang banyak menawarkan diri mengantar penumpang menuju tujuan titik kumpul dan benar juga dengan upah seorang lima ribu maka hampir semua pengunjung memanfaatkan jasa angkutan ini dan benar juga dalam waktu duapuluh menit kami sudah tiba di lokasi titik kumpul.
Ratusan orang sudah menyemut di Pelabuhan Penyeberangan, suara gaduh mesin kapal saling bersahutan, gelak tawa dan celotehan dan kilatan lampu kamera saling unggul minta perhatian, warung-warung yang digunakan sebagai titik kumpul dipenuhi pengunjung, antrian WC umum tampak jelas terlihat.

Jam Sembilan terdengar panggilan oleh masing-masing tour leader, tanpa diperintah para pengunjung segera berbaris menuju pintu masuk dermaga dan memilih kapalnya masing-masing sambil mencoba saling mendahului ketika memasuki kapal untuk mencari tempat strategis.








 

Perjalanan menembus ombak menuju pulau Harapan memakan waktu hampir empat jam, disinilah dibutuhkan teman untuk menghabiskan waktu sambil mengobrol atau untuk menumpahkan serapah jika ada, atau mengeluarkan isi perut jika tidak tahan guncangan kapal atau angin laut, tidak ada yang melarang sampai kapan merapat didermaga pulau Harapan.






Home stay yang disediakan penduduk cukup nyaman, bertata udara baik, hanya saja air mandi dan cuci terasa asin dimulut dan sabun mandi tidak dapat mengeluarkan busa dengan baik, tetapi memang demikialah kondisinya, semua bisa dimaklumi, buktinya para penduduk di pulau ini dapat bertahan hidup sejak lahir dan besar di pulau ini.




Selepas makan siang, maka perjalanan yang ditunggu dilanjutkan yaitu menyeberang kepulau-pulau disekitarnya,




sebuah kewajaran apabila lensa kamera lebih banyak menemukan obyek hidup dan menarik karena inilah makna perjalanan plesiran di kepulauan seribu, menikmati suasana apa adanya.



































satu kapal dengan mereka adalah hal yang sangat menyenangkan, tidak ada batasan umur karena semua saling ingin mengenal, dengan membawa kamera maka perkenalan itu akan lebih hidup dan bernuansa akrab serta kekeluargaan dan akhirnya menemukan obyek lensa kamera pada mereka.





























tidak mengenal lelah setelah mengarungi laut selama empat jam, phisik mereka bagaikan menemukan kekuatan kembali ketika suara klik kamera berada didalam bidikan gaya serta merta mereka, tidak dihiraukan lagi sesamanya, adrenalin untuk bergaya seakan mengalahkan usia, inilah saatnya mengekspresikan kekuatan diri dimuka umum, dimana biru air hanya bisa menjadi latar dan ikanpun bisa menonton bebas lalu hal ini membuat tukang foto bertambah semangat untuk terus mengejar dan meminta segala upaya untuk bergerak dan menentukan sendiri, polah tingkahnya.

















setelah berpuas-puas dengan segala lagak ragam gaya hari ini sampai menjelang sore semua peserta kembali ke tempat semula dimana home stay menunggu dan tanpa merasa lelah suasana malam dinikmati sepuasanya walaupun waktu mandi boleh berkomen sendiri untuk menikmati mandi dengan air asin tapi bersih.

Suasana di pulau ini cukup ramai oleh pengunjung akhir minggu, berbagai macam jajanan dijajakan sehingga rasanya bukan berada di tengah lautan Jakarta.

   








Ikan bakar adalah makanan yang wajib jika berpergian ke pantai atau pulau karena hanya makanan itulah yang menjadi makanan utama dan kali ini hal itu tidak disia-siakan, setiap home stay mendapatkan jatah sesuai jumlah penghuninya, suka atau tidak hanya inilah makanan malam ini.

Udara pagi terasa sekali segarnya, semilir angin laut terasa sejuk walaupun matahari nampaknya malu-malu muncul dibalik awan keabuan, tidak ada sunrise hari ini tetapi tidak merubah rasa ingin tau dan kembali melihat laut.















 









 














Setelah menikmati udara pagi, maka perjalanan menyusuri pulau-pulau disekitarnya kembali dimulai dan sesuai permintaan maka beberapa anggota rombongan lebih memilih jalannya sendiri, yang suka laut silahkan berbasah-basah, yang suka ngobrol silahkan menikmati pasir dan yang memilih berfoto silahkan mengikuti tukang foto yang setia selalu menunggu permintaan khusus ataupun selera.


Jadi mereka yang memilih mengikuti tukang foto mempunyai kelebihan yaitu fotonya lebih banyak terpampang dicerita ini .





































Rupanya sudah direncanakan untuk bertubi-tubi menghabiskan lagak dan gaya, entah mengapa kamera ini akhirnya selalu mengikuti gestur lenggak lenggok dan gemulai tubuh, seakan memberikan semangat untuk terus mengikutinya dari satu pulau ke pulau lainnya,




















Tiada lelah ataupun sanggah apabila suara tombol kamera terus berdetakan seakan memberi perintah untuk selalu harus bergerak untuk pindah dari satu pose ke gaya lainnya dan yang sangat menyenangkan ketika sudut-sudut pulau tidak dilihat oleh peserta lain sehingga tempat ini dijadikan bancakan gaya dan lagak.


































































Niat baik selalu mendapatkan tempat dimana saja, tidak perlu diminta atau meminta tapi pemberian kesempatan untuk masuk didalam lingkaran gaya dan lagak adalah sebuah pemberian yang sangat berharga, disinilah terasa bahwa anak soleh selalu mendapatkan kesempatan.




















Sampai tiba dimana seluruh kekuatan untuk menjadikan para relawan ini meningkatkan adrenalin maka kamera harus selalu tertuju dan fokus dan kelebihannya adalah kesempatan untuk menikmati gaya dan lagak mereka.


























Selesainya urusan ini adalah merenung untuk sebuah cerita, ada bahagia,ada kesal, ada marah, ada riang, ada rindu dan ada dendam untuk kembali lagi