Jumat, 21 November 2014

Jogjakarta (Angkringan & Malioboro)


Siapa belum pernah ke Jogya.
Jika anda sudah pernah  tidak ada salahnya menyimak dan bagi yang belum pernah sangat perlu untuk membacanya karena bagaimanapun semua keseharian di Jogya tidak pernah membosankan, jika tidak percaya coba tanyakan pada mereka yang sudah pernah ke kota ini apakah mereka mau lagi ke Jogya bila ada kesempatan, jawabanya pasti jelas mau, jadi tidak salah jika semua yang ada di Jogya is never ending.
Ada atmosfir berbeda begitu kaki mulai melangkah di kota ini, atmosfir untuk segera mengetahui sebenarnya seperti apa kota ini dan sedemikian perlahan udara kota ini akan merasuk pelan-pelan melalui napas dan secara perlahan pula mili demi mili  mulai mempengaruhi rongga otak sejalan dengan langkah kaki, lalu secara sangat perlahan pengaruh itu muncul melalui mata, telinga dan mulut, dan jika hal itu terjadi maka mulai saat itulah kota Jogja menerima kedatangan anda dengan tangan terbuka.

Lalu ada apa di Jogja,
Terlalu banyak untuk disebutkan dan bisa membosankan karena semua orang yang ditanyakan pasti akan menjawab sama, akan membosankan sekali jika hanya mendengar orang bercerita tentang kota ini tetapi akan menjadi ketagihan jika sudah melihat sendiri.


Kota ini hampir tidak pernah tidur, sejak matahari terbit hingga kembali terbit, banyak tempat untuk dinikmati, obyek kunjungan di kota ini secara rinci tidak perlu disebutkan sebab kota ini sendiri sudah menunjukkan sosoknya sebagai sebuah tempat yang bisa dikunjungi setiap saat dan sangat dapat menyesuaikan diri dengan kondisi sipelancong, semuanya bisa dinikmati, jangan pernah kuatir untuk berada di kota ini.


selain dari obyek kunjungan monumental yang sudah ada dan dikenal selalu menjadi kunjungan wajib para wisatawan  seperti keraton, taman sari, kota gede, borobudur dan sebagainya, kini cobalah untuk menyusuri sudut-sudut kota yang merupakan bagian dari denyut nadi kota ini, sebab disitulah ada tersembunyi obyek yang bisa menjadi menarik karena tergantung dari situasi cara melihatnya, seperti nongkrong angkringan,



sepintas tidaklah menjadi istimewa tetapi pernahkah mencoba untuk menikmatinya, terlepas dimana anda menginap, apakah di hotel berbintang ataupun di losmen tanpa tanda, beranikan diri untuk sejenak duduk di kursi kayu panjang ini, sadarilah bahwa ditempat ini memang tidak dibutuhkan penyejuk udara.

Pesanlah minuman yang disukai, perhatikan penjualnya, simak cara membuatnya dan sesekali boleh bertanya bila ada sesuatu yang muncul dibenak  dan bila keasikan anda terusik dengan sapaan orang lain yang meminta anda untuk bergeser sedikit dari duduk anda agar memberi tempat untuk sepotong tubuhnya di sisi anda, jangan pernah merasa terganggu sebab sebentar lagi anda akan tanpa sadar sudah asik ngobrol dengannya, Obrolan bisa dimulai dari diri anda pada saat menggeser tubuh, bisa juga dari mulutnya yang mengucapkan terima kasih atas perkenan anda bergeser, bisa juga obrolan dimulai dari pertanyaan dasar seperti menanyakan asal dari mana ataupun pertanyaan yang langsung mengarah ke hal-hal yang sedang menjadi topik saat itu, semua itu akan dijumpai di angkringan.


Angkringan adalah salah satu sarana bersosialisasi bagi masyarakat jogya untuk mendapatkan informasi terkini dan bila mungkin juga mengenai ulasan maupun kesimpulan pendapat yang muncul dimasyarakat, tidak terbatas dalam bidang politik tetapi juga hampir seluruh bidang kehidupan dari tingkat  bawah sampai atas, dari gosip tanpa jelas sampai asal muasal gosip bisa muncul dari kehidupan disekitar angkringan.


lalu siapa saja yang suka nongkrong di tempat angkringan ini, selain orang kebanyakan ada juga sesekali akan dijumpai artis-artis yang sering muncul dilayar televisi atau jika sering juga wajah-wajah yang dikenal dimasyarakan tetapi kita lupa namanya dan sangat sering sekali dapat dijumpai para seniman lokal maupun nasional yang biasanya langsung berbaur dengan topik obrolan, kadang terdengar tawa yang tanpa batas, kadang juga terdengar omelan yang keras, dan ternyata ditempat seperti ini kebebasan berbicara sangat dirasakan.



jangan heran bila terjadi perdebatan konyol diantara pengunjung, bisa saja sang politikus berdebat dengan tukang becak, atau mahasiswa yang hampir drop out dengan pengunjung biasa dan sangat sering sekali terjadi pertukaran nomor telepon dan alamat untuk lebih memperpanjang urusan perkenalan di tempat seperti ini.






Jangan pernah bertanya dimana saja dapat dijumpai Angkringan, tidak peduli anda menginap di hotel bintang lima atau terpaksa menginap di emperan toko, angkringan akan ada disekitarnya.
Tidak juga perlu kocek tebal karena harga yang anda bayarkan masih jauh dibawah harga warung murah asalkan anda juga tidak memaksakan diri untuk makan dan minum melebihi kapasitas perut.



magnit pertama kota Jogya adalah jalan malioboro dan seperti juga kebanyakan orang sudah mengenal jalan ini, hampir pasti mereka yang melancong ke kota ini sudah dipastikan akan mengunjungi jalan ini, tidak peduli apakah dengan niat untuk belanja atau sekedar mencari senggolan badan disepanjang lorong kaki lima, semuanya bisa menjadi kebiasaan yang wajib pada akhirnya karena disini anda bebas untuk berinteraksi dengan gaya anda sendiri.


Bunyi  langkah kaki dan teriakan pengunjung yang terlepas dari rombongan menyatu masuk dengan suara hiruk pikuk pedagang menawarkan daganganya berbaur dengan suara tukang becak yang dengan santun tetapi penuh harapan menawarkan jasanya membawa anda kemana tempat yang di inginkan, ditambah suara klakson kendaraan yang dipadu dengan suara gemerincincing dari kereta kuda menambah padu irama yang  melekat dalam diingatan dan akan muncul secara alami dikemudian hari, bulan atau tahun yang akan datang ketika sudah tidak berada ditempat ini, memanggil dan menggoda untuk kembali berbaur didalam orkesta kehidupan disepanjang jalan malioboro.





magnit malioboro adalah alam bawah sadar yang muncul begitu saja ketika udara, angin dan wedangronde masuk kedalam tubuh kita, tempat ini memang diciptakan untuk dikenang dan dirindukan, cobalah tanya pada diri sendiri jika sudah pernah ke kota Jogya, berapa kali harus bolak balik dari ujung Tugu meyusuri jalan malioboro sampai didepan benteng vandenberg atau terus ke arah kraton dan kembali lagi menyusuri jalan yang sama menggunakan becak atau kendaraan lain apalagi berjalan kaki, irama manusia menikmati jalan ini terasa bagaikan lagu yang tidak berujung kendatipun diulang-ulang.

berjalan sendirian dijalan ini bisa menimbulkan ide untuk mencari akal bagaimana caranya agar dua kaki ini tidak berjalan tanpa kaki-kaki pendamping sebagai keseimbangan atau periksalah lengan dan jemari, apakah hanya berlenggang mengikuti langkah kaki, hampir pasti banyak ide dan akal muncul dibenak, mengapa tidak mencari pasangan jalan atau tidak membiarkan jemari cuma jadi pelengkap lenggang.
Jangan terpaku dengan usia bila berada di jalan malioboro, semua yang dikerjakan adalah sama dengan mereka yang berada disini, lapar dan haus bukan jadi penghalang, lelah atau ngantuk tidaklah dilarang karena banyak tempat untuk disinggahi,
pergunakanlah uang anda sebaik mungkin, tidak dianjurkan untuk hanya berdiam diri sementara isi kantong anda masih cukup untuk tidak membiarkan lengan dan jemari anda menganggur tanpa membawa sesuatu. 

bila  malas tetapi ingin tetap berada di lingkungan jalan ini, tidak ada salahnya hanya duduk duduk santai menyaksikan lalu lalangnya orang sambil sesekali menegur atau menggoda dengan senyum dengan harapan akan bisa bertukar nomor ponsel,




 jika kebetulan berada di hari minggu di jalan ini bertahanlah sampai sekitar jam satu atau jam dua siang karena biasanya dijalan ini disemarakan dengan festival budaya seperti yang terekam pada gambar-gambar disini,







































































































sebagian dari denyut kota Jogya ini adalah gambaran kecil bagaimana kota ini membantu ingatan untuk kembali mengenang atau untuk menjadi tertarik berkunjung, jangan pernah mencari hal yang sudah pernah dilihat karena kota ini akan selalu memberikan hal yang terbaru didalam kenangan ketika masuk kedalam atmosfir kota Jogya.