Minggu, 04 November 2018

Menikmati Geo Park Ciletuh - (I shall return)





FIRST DAY
Start from Jakarta at 22.00

SECOND DAY
Arrived at the home stay at 4:00 a.m. after traveling for seven hours from Jakarta with fairly comfortable road conditions even though the vehicle we were riding was not air-conditioned alias non-ac. The weather  around the home stay is cool enough to mix mountain and beach air, but for the time being it cannot be oriented on the situation around the home stay but those who want to immediately enter the home stay to take a shower and carry out the duties of dawn worship, the bathroom conditions are good enough for size and the conditions in this area, the coolness of the water can relieve fatigue but unfortunately this is a long enough dry season so that by itself must save water and even this can be adhered to so that all can enjoy the coolness of the water.
Tiba di home stay pukul 04.00 pagi setelah menempuh perjalanan selama tujuh jam dari Jakarta dengan kondisi jalan yang cukup nyaman walaupun kendaraan yang kami tumpangi tidak berpenyejuk udara alias non-ac. Udara disekitar home stay cukup sejuk percampuran udara pegunungan dan pantai, untuk sementara belum dapat berorientasi bagaimana situasi disekitar home stay tetapi yang pasti ingin segera langsung masuk kedalam home stay untuk segera mandi dan menjalankan kewajiban ibadah subuh, kondisi kamar mandi yang cukup baik untuk ukuran dan kondisi didaerah ini, sejuknya air dapat menghilangkan rasa penat tetapi sayang saat ini musim kemarau yang cukup panjang sehingga dengan sendirinya harus berhemat air dan inipun dapat ditaati agar semua bisa menikmati kesejukan air.




The plan to take a break was not realized because the morning sun had illuminated around the home stay, and as a result we talked more about home stay while enjoying warm drinks and snacks.
Jam tujuh kami digiring ke rumah pak Djaya seorang local guide yang rencananya akan membawa kami berkeliling dan dirumah beliau kami diwajibkan untuk sarapan pagi dan tentu saja tidak kami tolak karena ini adalah bagian dari kesepakatan, meal is included and nasi goreng is the standard for breakfast, no complain and everybody enjoying the meal, seven hours of travel is not a short time and is very boring and don't be asked if we are not starving so nasi goreng with egg fried is a solution this time.
selama kami menikmati sarapan pak Djaya menjelaskan secara umum apa arti geo park dan apa saja yang dapat dinikmati dilokasi ini, dan kami pun mendengarkan dengan sambil mengunyah makanan, sesekali diselingi dengan tawa ataupun pertanyaan sehingga tanpa terasa penjelasan yang diberikan dengan bahasa yang mudah dimengerti membuat kami ingin segera berangkat menuju lokasi yang diceritakan dan seperti biasanya dan sudah bagian dari budaya masyarakat kita bahwa ada kondisi lokal yang harus ditaati salah satunya adalah tidak diijinkannya untuk berenang di air terjun.
Tetapi sangat disayangkan pak Djaya tidak dapat menemani karena kebetulan dilokasi ini sedang ada acara yang dihadiri oleh pejabat-pejabat daerah dan sebagai bagian dari tuan rumah pak Djaya harus bertugas dalam acara ini sehingga untuk urusan kami, beliau menunjuk asistennya kang Andi untuk menemani kami, apaboleh dikata, kami harus menerima kondisi ini.
Jam delapan perjalanan dimulai dari rumah pak Djaya, melewati Panenjoan  dimana lokasi acara resmi seperti yang diceriterakan pak Djaya, keramaian mulai nampak, panggung acara, kesenian daerah, pedagang, stand-stand pengisi layaknya sebuah pekanraya daerah.
Lepas Panenjoan perjalanan mulai menemukan ciri khasnya, 






berkelok-kelok dengan kontur jalan yang berbeda dengan kondisi jalan yang cukup nyaman sehingga walaupun tanpa penyejuk udara kami masih bisa menikmati perjalanan dengan pemandangan yang indah walaupun dalam kondisi kemarau masih dapat dinikmati apalagi jika dimusim hujan atau pasca musim hujan, sudah pasti pemandangan disini sangat indah.


CURUG CONDONG (in the long dry season)
Bagaimanpun keindahanya dapat dinikmati walaupun dalam kondisi keamarau panjang dan cobalah untuk membayangkan bagaimana indahnya jika kondisi air normal.









CURUG CIKANTE (in the long dry season)






Dari curug Condong perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki menaiki bukit dengan kondisi bukit yang memerlukan tenaga untuk dilewati, kemiringan empat puluh lima derajat sampai 70 derajat sehingga benar-benar harus berhati-hati apalagi kondisi jalan terdiri dari bebatuan dan tanah, dapat dibayangkan jika kondisi hujan tetapi selebihnya inilah tantangan dan menantang untuk ditaklukan dan jangan kuatir itu hanya beberapa menit saja selebinya adalah track yang sangat manarik.



































PANTAI CILETUH
Kondisi pantai seperti layaknya pantai pada umumnya, pantai berpasir hitam ini lumayan ramai dan kelebihannya adalah tulisan penanda bahwa disini dan sekitarnya merupakan taman geologi Ciletuh.




Jika menyimak penjelasan pak Djaya, sebetulnya dapat menggunakan kapal yang memang khusus disewakan untuk menikmati taman geologi disepanjang pantai yang tidak dapat ditempuh dengan berjalan kaki, tetapi sayang adventures kali ini tidak dilaksankana karena waktu yang membatasi.


MAKAN SIANG

Selepas jam 12 siang kami melaksanakan kewajiban pemenuhan isi perut dan kali ini kang Adni membawa kami kelokasi tempat makan yang cukup nyaman dengan pemandangan yang indah sehingga selera makan siang semakin terpenuhi.






CURUG CIMARINJUNG



Hanya berjarak tidak lebih dari lima ratus meter dari lokasi makan siang, curug ini dapat ditempuh dengan mudah dan barangkali jika menggunakan sepatu highhill masih dapat mencapai curug ini , disepanjang perjalanan banyak dijumpai warung, dari yang menjual kelapa muda sampai mie ayam dan souvenir dapat dinikmati dan walaupun dalam kemarau panjang, keindahan curug ini tidak hilang.





















PUNCAK DARMA









Tempat ini adalah lokasi dimana dapat melihat pantai Ciletuh dengan lebih luas, berada diketinggian 230 mdpl dengan kondisi kontur jalan  yang terjal dan curam kondisi  dan dengan pertimbangan keselamatan dan kondisi kendaraan  atau untuk mereka yang masih sayang dengan kendaraannya atau tidak mempunyai sarana untuk menuju ke puncak dapat menggunakan angkutan bak terbuka yang memang dapat disewa khusus atau kendaraan sewaan lainnya seperti Ojek motor.

Tanpa banyak pertimbangan maka keputusan naik mobil bak terbuka sungguh tepat selain akan menghilangkan kebosanan juga merupakan bagian dari keunikan dalam perjalanan kali ini apalagi setelah mengetahui bagaimana ketika sang supir berkali kali memindahkan gigi perseling ketika pedal gas sudah tidak lagi membantu kendaraan melaju ditanjakan, tarikan napas penumpang bercampur dengan terhisapnya debu apalagi ini terjadi dilokasi jalan yang masih dalam taraf perbaikan, tetapi semua itu tidak membuat kami surut malahan semakin banyak celotehan dan tawa semakin andrenalin terasa naik.








Puncak Darma adalah bagian dari perbukitan yang paling menonjol dari bukit-bukit lainnya, memiliki bidang datar yang cukup menampung puluhan mobil dan motor, dilengkapi dengan fasilitas pendukung berupa warung-warung dan parkir dan tentunya banyaknya spot foto yang menantang.

Salah satu hal yang disayangkan adalah salahnya waktu untuk berada di Puncak Darma sehingga untuk menunggu “sunset” terasa begitu lama dan membosankan ditambah dengan kang Andi asisten local guide yang meminta kami untuk segera kembali mengingat adanya acara resmi di lokasi Panenjoan yang dikhawatirkan akan menimbulkan kemacetan dan pengalihan lalu lintas .

Rasa kecewa dan pengertian harus dicampurkan, kebetulan cuacapun tidak begitu mendukung, kumpulan awan sedikit menutupi cahaya matahari dan ini juga membuat keraguan apakah sunset akan dapat dinikmati di puncak Darma ini, apaboleh buat kamipun harus berkompromi dengan rasa kecewa dan kembali menaiki bak terbuka dan sedikit terhibur dengan canda dan tawa saling lempar diantara kami, setidaknya kami sudah menikmati puncak Darma dengan berfoto ria .









KEMBALI KE HOME STAY
Keramaian masih nampak di Panenjoan, suara musik saling bertabrakan antara yang modern dan tradisional, beberapa dari kami mulai berencana untuk mencoba mendatangi lokasi ini nanti malam walaupun tanpa harus diikat dengan janji dan kepastian karen nampaknya suara azan magrib dan turunnya sinar matahari yang mulai meredup menyambut kami tiba di home stay.
I have been anticipating since the trip back to home stay that I have to go first to the bathroom considering the limited water in the dry season and this is not realized by other friends and as a result I just feel the fresh water when taking a shower (sorry guys) at seven o'clock dinner was ready and coincidentally next to the home stay there was a stilt house (“saung”) so we decided to eat at that place and this added to the delicious taste of dinner especially this time there was grilled fish with sambal which was quite delicious.



THIRD DAY
My habit of getting up early at 4:00 am was rewarded because at that hour I had entered the bathroom and  I realized that water was available for bathing after a night of being accommodated and this was very encouraging, I could take a quiet bath where the other friends were still asleep.
Jam tujuh  kami berkumpul dirumah Pak Djaya untuk sarapan pagi dan seperti kemarin juga pak Djaya Kembali memberikan penjelasan mengenai rute perjalanan hari ini dan juga tidak lupa memberikan anjuran untuk mentaati peraturan lokal yang tidak tertulis “ jangan berenang di air terjun “


CURUG AWANG.
Selepas jalan aspal mobil berbelok kekiri dan melewati jalan yang belum tersentuh aspal membuat semua penumpang terguncang-guncang didalam mobil tanpa penyejuk udara, beruntung hal ini tidak berlangsung lama dan tidak lebih dari lima belas menit selepas jalan aspal tadi kami sudah sampai di tempat parkir dan ada sedikit rasa kecewa ketika melimat lokasi parkir yang kurang memadai, ada terbersit dalam hati apakah kali ini kami akan melihat sesuatu yang juga mengecewakan ?
Tidak sampai sepuluh menit berjalan kaki nampaklah dikejauhan..................

Sebuah lukisan alam ciptaan Yang Maha Kuasa, sebuah keindahan yang tidak dapat dijelaskan dengan perbendaraan kata selain menyebuh namaNYA, inilah negeri tercinta Indonesia, negeri Indah yang dipuja sepanjang masa, tidak terhingga walaupun dimusim kemarau,  keindahan itu tidak tersembunyi dengan dibalut oleh bingkai bukit dan sawah yang indah, nun dikejauhan nampak laut biru menambah hiasan lukisan alam ini.



sedidkit membutuhkan tenaga untuk mencapai lokasi ini, dan memang inilah cara untuk menikmati keindahan, berkeringat dahulu berfoto kemudian,



jika mata memandang kesemu arah mata angin maka akan banyak keindahahan dapat dilihat
















lalu nikmatilah dan berpestalah  dengan gaya dan imajinasi



























kembali tenaga harus dikeluarkan untuk menuju air terjun, bukan perkara mudah bagi yang jarang bermain dialam bebas dan sekali lagi tekad dan semangat adalah kuncinya






dan hasilnya adalah sajian keindahan




































setelah berpuas dengan berbagai gaya maka dengan keterbatasan waktu tempat ini harus ditinggalkan dan seperti semua bahwa kembali mata dimanjakan dengan keindahan










PANENJOAN

Destinasi akhir dari perjalanan wisata adalah “ Panenjoan “ merupakan salah satu lokasi yang cukup nyaman untuk melihat pantai Ciletuh dari kejauhan dan juga terdapat musium Geologi Ciletuh yang kondisinya sangat sederhana dan tentunya seperti juga kondisi musim di negeri ini, peminatnya terbatas dikalangan tertentu.






Jam dua belas kami sudah kembali ke rumah pak Djaya untuk makan siang, sebagai penutup hari terakhir ini menu makan sangat nikmat, sayur asem kecombrang, ikan bakar, sambel mentah kecombrang dan nasi hitam.
Menu tersebut ternyata sangat baik untuk kami karena selepas jam 14,00 kami sudah terlelap didalam mobil yang kembali ke Jakarta.

Catatan perjalanan Oktober 2018.