Rabu, 03 April 2019

JAKARTA - BALURAN - IJEN - SEMARANG- JAKARTA (ceritera perjalanan singkat)






RABU 06032019
Berangkat jam 11 siang dari Jakarta, dua mobil meluncur menembus kepadatan lalu lintas disepanjang jalan toll Jakarta Cikampek dan memasuki Kerawang timur menuju toll Cipali barubah kondisi jalan dapat dinikmati walaupun sepanjang perjalanan sejak memasuki toll tersebut disambut hujan lebat sepanjang perjalanan, beruntung kondisi lalu lintas dijalur toll sampai dengan pintu toll Warugunung memasuki kota Surabaya tidak terlalu padat dan hujan mulai berhenti membawa rombongan mendapatkan penginapan didaerah Dukuh Kupang di hotel Oyo 134 pada pukul 11 malam.
Sepuluh jam perjalanan cukup membuat kepenatan dan membawa mata segera lelap dalam tidur.

KAMIS  07032019- BALURAN NATIONAL PARK
Besok hari setelah berkemas dan sarapan bubur ayam kembali perjalanan dilanjutkan dan kebetulan hari ini adalah hari libur nasional dimana Umat Hindu  Balimerayakan Nyepi sehingga lalu lintas dalam kota tidak terlalu padat dan selepas toll berakhir mulailah kendaraan menyusuri jalan  klasik pantura Jawa Timur yang dipenuhi kendaraan besar alias truk, kecapatan kendaraan juga disesuaikan dengan kondisi lalu lintas, pengemudi harus ektra hati-hati terhadap kendaraan lain dan gangguan mata berupa makanan dan jajanan yang sering menjadi terhambatnya perjalanan, dari yang mengudap nasi rawon sampai ikan asap tepi jalan ditambah dengan kondisi hujan hampir disepanjang perjalanan.
Jam 14.45 dua mobil sudah memasuki gerbang Taman Nasional Baluran dan cuaca masih diselimuti mendung dengan hujan rintik-rintik tetapi tidak membuat para anggota rombongan mengurungkan niat untuk menikmati Taman Nasional ini dan Selepas pemeriksaan tiket sebagian kaca mobil dibuka untuk membiarkan udara segar hutan Baluran memasuki ruang didalam mobil dan membiarkan mata menikmati hijaunya hutan dan sesekali hempasan rintik hujan yang terterpa angin.
Berhenti disuatu padang rumput tempat dimana para satwa mencari makananya dinamakan Savana Bekol














membiarkan para pemilik kaki berlarian dan teriakan melelas kebosanan terdengar disela-sela suara tombol kamera atau kilatan lampu gadget menyemarak acara berfoto ria sampai puas dan sampai munculnya aba-aba untuk segera naik ke mobil karena hujan mulai membesar dan matahari sudah terhalang lebatnya hutan.






















Memasuki kota Banyuwangi tepat disaat perut mulai terasa lapar dan hasil dari searching di goggle maka rumah makan " Srengenge Wetan " atau matahari timur ,dipilih sebagai ajang makan malam dan ajang isi ulang baterai handphone.






Selesai transaksi dengan kasir perjalanan dilanjutkan menuju 


Ijen Farmer homestay didaerah desa Banjar Krajan dan langsung melakukan persiapan untuk perjalanan menuju kawah Ijen, untuk yang bisa tidur masih ada waktu 3 jam tetapi hal itu sukar dilakukan, kebanyakan malahan sibuk bercanda membicarakan mantan perjalanan atau menebak perjalanan selanjutnya.









 





JUM'AT 08032019 - IJEN VOLCANO TOUR
Jam 12 malam pemandu sudah muncul di homestay dengan tegur sapa penuh keramahan para peserta diminta untuk segera menuju kendaraan jeep yang sudAh standby ditepi jalan menunggu para pendaki rempong yaitu tiga lansia dan empat under 35, satu orang tidak ikut naik dan menunggu di home stay
Disarankan untuk kembali tidur atau diharapkan bisa tidur karena perjalanan masih harus ditempuh hampir memerlukan waktu satu jam menuju titik pendakian awal dan kembali tidak ada seorangpun yang bisa tidur, selain merupakan pengalaman pertama naik gunung atau pengalaman pertama di Gunung Ijen atau karena kondisi jalan yang berkelok-kelok ditambah udara dingin yang membuat sibuk tangan untuk membetulkan posisi pakaian.

hampir  menuju jam satu malam kendaraan memasuki  Titik kumpul di Paltuding, yang mempunyai cukup tempat parkir dan cukup ramai oleh para pendaki, berbagai warna warni kostum dan cahaya lampur belum mampu menghalangi udara dingin menembus kulit.
Antrian tiket masuk juga cukup panjang dan para penjaja perlengkapan pendakian tidak kalah menarik dengan masing-masing gaya dan rayuan agar pendaki membeli, kupluk, senter, sarung tangan sampai kaos ramai ditawarkan.

Tepat jam satu para pendaki diperbolehkan memasuki gerbang dan melanjutkan perjalanan mendaki .
Bagi pemula dan yang baru pertama kesini maka mulailah sejarah kehidupan pribadi bisa ditulis, dimulai dari briefing oleh pemandu, bahwa perjalanan akan ditempuh dalam tiga atau empat jam, kondisi malam hari dengan rintik halus hujan, seluruh perjalanan merupakan jalan yang dominan menanjak dan sedikit diselingi jalan datar, ada beberapa titik istirahat jika diperlukan, jangan lupa mimum jika haus karena air itu mengandung oksigen dan tiap regu pemandu memberikan kode nama masing-masing agar memudahkan monitoring anggota. 
Satu anggota berumur enam puluh tujuh tahun memutuskan untuk menggunakan troli dorong yang memang sudah disiapkan oleh penduduk dengan upah pulang pergi delapan ratus ribu rupiah saja, sisanya enam orang memutuskan untuk berjalan kaki sesuai rencana awal.
Tiga puluh menit pertama perjalanan masih bisa dinikmati sambil sedikit senda gurau, beberapa kali ada kode panggilan untuk mengetes apakah anggota tim masih lengkap atau sudah mulai hilang sambil sesekali memainkan lampu senter baik yang digenggam maupun yang ditempel dikepala.
Dengan kemiringan hampir empat puluh lima derajat dengan kondisi menanjak mulai tampak lah kondisi tubuh masing-masing, ada yang melambat atau ada juga yang semakin cepat bagaikan mesin disel. Masing-masing mulai menentukan ritme jalan menyesuaikan dengan kondisi dan disinilah mulai dilakukan rekondisi, tim sepakat untuk membelah diri, bagi yang bisa berjalan cepat diperbolehkan mendaki duluan dan bagi yang menyesuaikan dengan kondisi tubuh boleh beberapa kali istirahat atau melambat dengan catatan tidak boleh kembali turun.
Beberapa gangguan mulai merayu, para porter manusia atau ojek troli atau becak dorong menawarakan diri dan hampir juga mengganggu konsentrasi pendakian tetapi tekat sudah bulat, biar lambat asal sampai dan biar telah asalkan tiba dipuncak dari pada buang uang delapan ratus ribu untuk naik troli dorong lebih baik nikmati saja apa adanya.😀😀😀.
Udara dingin semakin menembus jaket ditambah gerimis yang mulai membesar dan ponco hujan mulai dikenakan dan ini sedikit membantu untuk menahan tusukan angin dingin pegunungan, spot spot sinar lampu nampak indah saling bergerak menyusuri tracking menanjak, beberapa teriakan terdengan memanggil nama atau kode tertentu, jangan kuatir tidak bisa naik, karena ada juga yang membawa anak-anak jadi sebagai lansia saya harus tau diri, jangan takut kalah sama anak-anak ðŸ˜€.


Tiga orang  anggota under 35 sudah melepaskan diri berjalan duluan dan tiga lagi berjalan beriringan yaitu dua lansia dan satu overweight , perlahan dan saling memberi semangat akhirnya jam empat pagi sudah sampai ditepi kawah Ijen, gerimis masih memayungi dan emakin lama semakin menyemut para pendaki sampai dipuncak dan track menuju mulut kawah semakin dipenuhi para pendaki untuk antri turun demi melihat " blue fire " sebuah fenomena langka dan tidak setiap orang bisa melihatnya dan merekamnya, sebuah proses alam dimana juga ada  faktor keberuntungan untuk melihatnya.



Semakin lama samar-samar mulailah cahaya matahari memberikan pertanda bahwa pagi akan mulai tiba, garis horison bukit disekiling kawah mulai perlahan nampak, cahaya lampu para pendaki disekitar perbukitan juga menambah semarak pagi, komentar dan tawa kembali terdengar ketika anggota tim kembali berkumpul dan saling memberikan kesan, peluk cium haru mewarnai pertemuan ditambah dengan didapatnya rekaman blue fire sebagai oleh-oleh.
Kilatan lampu kamera mulai saling bercahaya disana sini dan semakin pagi semakin jelas kondisi alam di puncak Ijen, ketika matahari semakin menerangi bumi semakin keindahan puncak Ijen memberikan kebahagian dan kekaguman akan kebesaran sang pencipta.
Warna tosca permukaan kawah semakin jelas dan semakin menjadi incaran para pendaki untuk menjadi latar belakang foto diri dan inilah puncak dari segala rasa kepuasan dan kebahagiaan, berfoto sendiri atau bersama itu adalah kewajiban dan pembuktian bahwa mendaki itu milik semua umur.



































Rasa bersyukur kepada sang Khalik atas nikmat yang diberikan, nikmat kesehatan dan nikmat atas diberikannya pemandangan alam yang indah terucap baik didalam hati maupun verbal dan rasa lelah telah hilang seketika  berganti dengan rasa sukacita.









Puas menikmati puncak Ijen dan semakin matahari bersinar dibalik awan mendung perlahan para pendaki kembali berjalan kembali turun sambil tidak hentinya mengabadikan suasana tanpa mengingat lagi bagaimana rasanya lelah ketika berada dijalan yang sama ketika mendaki, keindahan alam membuat kami lupa bahwa semalam perjalanan penuh perjuangan.



Mungkin kenapa pendakian dilakukan pada malam hari dan jawabanya didapat pada pagi ini, selain dari fenomena blue fire yang hanya dapat dinikmati pada malam hari  ternyata apabila pendakian dilakukan pada siang hari maka diperkirakan para pendaki akan memakan waktu lebih lama mengingat indahnya pemandangan alam disekitar pendakian sehingga kemungkinan para pendaki akan berlama-lama dijalan dan juga ditambah adanya peraturan dari pengelola bahwa jam dua sian puncak Ijen ditutup dan pendakian dibuka kembali pada pukul satu malam.




 










































Anggota tim Jam delapan pagi sudah berkumpul kembali untuk sarapan dan setelah itu  kembali masuk home stay dan langsung membersihkan diri dan berkemas lalu jam sepuluh melanjutkan perjanan menyusuri jalan klasik pantura jawa timur  dan mampir makan siang yang dilakukan sore hari  di 
"Rawon Nguling" Probolinggo yang katanya paling terkenal ruas jalan pantura jawa timur.


JUM'AT MALAM
Memasuki toll Surabaya-Solo-Semarang cuaca cukup baik artinya tidak hujan dan lancar sehingga jam sebelas malam kami sudah tiba di daerah Bandungan Semarang ( yang kondisi jalan dan konturnya mirip didaerah Bandung Jawa Barat) untuk beristirahat dan bermalam disalah di villa yang nama dan bangunannya mirip yaitu " Villa Joglo " yang rupanya cukup menarik dari segi arsitekturnya dan udara dingin pegunungan walaupun untuk menemukan lokasinya harus dipandu oleh penunggu villa melalui map dan telepon dan ini membuat sensai sendiri dikelelahan dan mempercepat mata untuk segera tidur.

VILLA JOGLO, BANDUNGAN


SABTU 09032019 - BANDUNGAN - SEMARANG

Menikmati pagi dengan tubuh lebih segar setelah beristirahat membuat suasana kembali ceria, apalagi ditempat ini banyak spot foto dan alhasil semua sibuk untuk membuat kenangan tetapi semua dibatasi waktu dan perjalanan dilanjutkan ke kota Semarang.



 



 










SABTU 09032019 - SEMARANG 

Tujuannya adalah salah satu ikon kota Semarang yaitu " Lawang Sewu " lalu lanjut ke kuil " Sam Po Kong "







 













 


 
 
 
 



Jam lima sore selesai berfoto ria perjalanan dilanjutkan ke Jakarta hingga memasuki jalan Thamrin waktu sudah menunjukan pukul empat pagi dan rombongan membubarkan diri masing-masing kembali ke rumah, kost atau pekerjaan lainnya.

Sebuah perjalanan yang penuh cerita dan merupakan perpisahan diantara rombongan.
Terima kasih teman-teman.