Sabtu, 18 Juli 2020

PRETTY BETINA RUMAHAN (Trilogi-2)


PRETTY BETINA RUMAHAN
(Trilogy 2)

Bukan tidak mendengar atau tidak tau bahwa si kucing jantan kekasihnya beberapa kali memberi tanda tapi apalah artinya jika dijawab, sejak pemilik rumah selalu menutup pintu rasanya dirinya juga harus rela menutup keberlangsungan hubungannya dengan si kucing jantan.
Gembul, demikian kucing jantan sering disebut oleh pemilik rumah adalah kucing yang tadinya berkeliaran disekitar danau kecil dekat komplek perumahan, masih teringat bagaimana ketika dirinya pagi hari ketika matahari baru muncul diajak pemilik rumah untuk berjalan-jalan disekitar danau sambil sesekali meminta dirinya melompat diantara bebatuan, Pretty ayo lari, Pretty lompat, demikian perintah yang diminta agar mengikuti gerakan pemilik rumah yang rupanya berolah raga.
Rupanya dikejauhan Nampak seekor kucing jantan yang sedari tadi hanya memperhatikan dirinya tapi sebagai betina komplek dirinya tidak boleh gede rasa, seperti juga sipemilik rumah yang juga cuek ketika beberapa lelaki yang berolah raga mencoba menggoda dan ketika pemilik rumah mengajak beristirahat sambil duduk direrumputan ditepi danau, tanpa diketahui dari mana kucing jantan sudah ada mendekat tidak jauh dan langsung duduk memperhatikan, Pretty ada cowok tuh, kata pemilik rumah sambil menyentuh ekorku dengan ujung jari kakinya, awas jangan dekat2 kucing liar katanya menambahkan.
Tatapan kucing jantan membuat Pretty salah tingkah, gerakan telinganya menandakan sesuatu, kibasan ekornya seakan berirama yang semuanya menandakan bahwa dia tertarik dan dirinyapun tidak dapat menyembunyikan perasaan, kibasan ekor dibalas dengan kibasan pula, gerakan telinga dibalas dengan gerakan tanda menerima.

Dan sejak kejadian ditepi danau itu Pretty tidak lagi dapat tenang dirumah, beberapa kali mencoba berada duduk diteras rumah mengharap ada tanda-tanda dari sijantan tapi sudah tiga malam sejak pertemuan itu hanya kucing-kucing tetangga yang muncul dan selalu membuatnya malas karena hanya mengajak untuk pergi keluar atau main diatap rumah.
Minggu pagi berikutnya pemilik rumah seperti biasa berolahraga ditepi danau tapi kali ini tidak membawa Pretty, entah kenapa, yang pasti Pretty merasakan rasa sepi yang dalam, makanan yang biasanya tersedia tidak disentuhnya, entah apa yang menyebabkan hilangnya rasa lapar, malahan rasa malas menjadi timbul lebih kuat, biasanya jika malam hari didepan layar televise pemilik rumah suka mengajaknya bercanda tapi semalam Pretty tidak meladeninya, hanya sesekali saja dipermulaan  dan selebihnya dia hanya tidur diujung karpet didepan televisi.
Sepulang dari olah raga pemilik rumah memanggil-manggil namanya tapi Pretty masih malas dan membiarkan pemilik rumah mendekat “ tumben makananmu gak dimakan “ sambil mengelus punggung Pretty yang Cuma membuka sebelah mata memberi tanda bahwa dia sudah mendengar, “ ya udah “ lanjut pemilik rumah sambil mengangkat piring makan Pretty yang masih banyak tersisa, dibawanya ke halaman depan dimana sudah menunggu seekor kucing jantan. Lalu disodorkannya ke arah kucing jantan yang tanpa ragu langsung memakannya dengan lahap.
Tadi pagi ditepi danau,kucing jantan Nampak gemetar dibawah pohon, dia hanya memperhatikan lalu lalang orang yang berolah raga, bulunya kusam dan kotor, tidak Nampak gerakan yang semestinya seperti kucing-kucing lainnya, dan hal itu terlihat oleh pemilik rumah yang ketika itu sedang melakukan pendinginan setelah gerakan-gerakan keras olah raganya, setelah selesai pendinginan didekatinya kucing jantan itu lalu disentuhnya kepala kucing jantan dengan jarinya “ pasti kamu nunggu Pretty ya, kamu yang minggu lalu ngeliatin Pretty terus “ sambil menyentik jari telunjuk dan jempol yang mengeluarkan suara membuat kaget kucing jantan, sambil memberi tanda agar kucing jantan mengikuti langkahnya, ayo puss, puss….
Pretty masih bermalas-malas tapi penciumannya mulai mengendus sesuatu hal yang agak aneh, sekujur tubuhnya bergetar dan dia mencoba mengulet agar otot-otot tubuh menjadi rilek lalu mencoba berjalan tapi arahnya tidak menentu, dicobanya ke arah dapur untuk mencari air karena rasa haus mulai terasa, dia tidak menjumpai pemilik rumah yang biasanya membuat susu sepulang olah raga lalu dia mendengar namanya di panggil-panggil pemilik rumah dan terasa langkah kaki semakin mendekat lalu tubuhnya terasa diangkat “ kamu males banget hari ini “ terasa kepalanya diusap-usap halus, Pretty merasakan bagai bayi kecil yang dimanja dan ditimang-timang .
“ ooo habis makanya, Gembul juga kamu “ suara pemilik rumah sedikit keras sesampainya diteras rumah dan Pretty tidak dapat menahan perasaannya lagi, dia langsung melompat dari gendongan pemilik rumah, suara erangan pelan dan saling tatap muka segera terjadi antara Pretty dan kucing jantan itu yang Cuma dibatasi piring makan, ekornya mengeras tertekuk tapi hanya sebentar setelah itu kucing jantan mengecangkan tubuhnya, kedua kaki depan didorong kedepan dan kedua kaki belakang ditarik kebelakang, meluruskan tubuhnya dan sambil membuka mulut seakan menguap lalu disejajarkan tubuhnya dilantai, perutnya teras kenyang tapi matanya tidak lepas dari mata Pretty yang Nampak berbinar-binar.
Piring makan diangkat pemilik rumah bersamaan dengan tubuh Pretty yang ikut terangkat kedalam gendongan pemilik rumah, membiarkan kucing jantan diteras rumah bersamaan dengan ditutupnya pintu ruang depan Pretty kembali berada didepan televise dan kali ini tubunya digesek-gesek kekaki kursi atau kadang kaki pemilik rumah yang membalasnya,menggoda dengan gerakan kaki yang membuat Pretty harus berulah kadang melompat kadang menghindar.
Sejak saat itu kini piring makan kucing ada dua dirumah itu, piring makan Pretty khusus yang dibeli dan diperuntukan bagi kucing termasuk makanannya sedangkan piring makan kucing jantan cukup bekas piring kaleng tidak terpakai dan menunya adalah makanan sisa sipemilik rumah, jika Pretty harus makan secara disiplin, lokasi makannya dekat dengan pintu dapur, jam makannya juga teratur, jenis makannya khusus dibeli untuk binatang kucing, berbeda dengan kucing jantan, dia harus makan diteras rumah mendekat kearah saluran air dan waktunya bebas sesuka dan seingat pemilik rumah, tidurnya pun berbeda, Pretty bebas tidur dimana saja didalam rumah sedangkan kucing jantan cukup di keset diteras rumah yang kadang harus mengungsi jika hujan atau angin malam cukup mengganggu tidur.

Gembul, begitulah sipemilik rumah memberikan nama untuk kucing jantan yang mulai nyaman dengan panggilan itu, walaupun pemilik rumah masih membedakan perlakuan terhadap kucing jantan hal itu tidak membuat kucing jantan yang kini dipanggil Gembul menjadi iri hati, baginya mendapatkan jatah makan dan tempat berteduh sudah lebih dari cukup dari pada harus beralas rumput atau tanah dan beratap pohon atau langit seperti ketika berkeliaran di tepi danau.
Hari-hari selanjutnya adalah  secara tidak langsung Gembul menjadi penjaga rumah, kekuasaannya disekitar teras rumah sampai pintu gerbang, dia tidak punya hak untuk masuk kedalam rumah dan hal itu selalu dipatuhi, Pretty sendiri diberikan waktu untuk bermain dengan Gembul ketika pagi atau sore hari pada saat pemilik rumah menyiram atau membersihkan taman dihalaman, Gembul cukup pandai membawa diri dirumah itu, dia menyadari statusnya hanya kucing tanpa pemilik dan boleh dikatakan menumpang tapi itu sudah cukup untuk dirinya, apalagi masih dapat bermain-main dengan Pretty walaupun tidak seharian, Pretty sendiri merasa gembira, sekarang ada teman bermain yang dibolehkan oleh pemilik rumah dan yang lebih menggembirakan adalah Pretty mendapatkan hadiah berupa kalung pita berwarna yang digantungi lonceng kecil, pemilik rumah hanya ingin menandakan dan mengetahui keberadaan Pretty setiap saat dengan adanya suara gemerincing dileher Pretty , sebenarnya banyak kucing dirumah tetangga yang ingin bermain dengan Pretty tapi kadang mereka tidak tau diri, suka berteriak-teriak atau mengacak-acak benda dirumah itu sehigga pemilik rumah membatasi pergaulan Pretty.
Bulu Gembul mulai tumbuh rapih dan bersih, dia rajin membersihkan diri selain keadaan lingkungannya juga membuat dirinya harus nampak bersih sebagai tanda terima kasih kepada pemilik rumah dan yang lebih penting adalah agar Pretty tetap bisa dan mau bermain dengan dirinya. Waktu ke waktu terus berjalan, canda ria, lari saling berebut benda sampai hardikan mewarnai kehidupan Gembul dan Pretty dan sampailah tiba waktunya dimana hampir disetiap rumah yang memiliki kucing merasa terganggu oleh suara kucing yang saling bersahutan.
Naluri binatang kucing Gembul dan Pretty belum hilang, sementara itu didalam Pretty merasa resah, tubuhnya mersakan keganjilan, hampir setiap malam Pretty merasakan keanehan dalam tubunya, dia ingin sekali selalu berada dekat dengan Gembul. Sudah beberapa malam diluar terdengar suara kucing yang saling bersahutan dan itu juga membuat Gembul merasa aneh juga, sesekali terdengar hardikan dari rumah tetangga dan juga dari dalam rumah Pretty, sampai pernah pemilik rumah membuka pintu dengan keras sambil teriak “ Gembul berisik “ tapi kemudian dia menyadari bahwa suara berisik itu bukan dari Gembul.

Seperti biasa ketika pemilik rumah sibuk membersihkan taman Pretty dan Gembul bermain diteras dan pagi ini pemilik rumah sibuk melayani obrolan tetangga sebelah yang complain tentang suara-suara kucing dimalam hari dan kesempatan itu dipergunakan Pretty dan Gembul menyelinap kedalam garasi dan beberapa saat kemudian terdengar suara teriakan Pretty yang kemudian nampak Pretty berlari masuk kedalam rumah dan Gembul berjalan dibelakangnya,
 “ tuh kan jeng, kucing situ yang berisik “
“ itu biasa jeng, kucing becanda, beda sama suara kucing yang berisik malam-malam “ jawab pemilik rumah membela Pretty dan Gembul.
Sejak saat ini Gembul tiap malam selalu siaga, beberapa kucing jantan tetangga mulai berani  memasuki halaman rumah  mencoba berteriak-teriak memberi tanda kepada kucing betina yang tidak lain adalah Pretty, musim kucing kawin tidak terhindarkan tapi Gembul harus siap, kadang dia harus menghardik kucing tetangga agar pergi dan hal ini juga diketahui oleh pemilik rumah yang sesekali melihat bagaimana Gembul mengusir mereka tapi naluri binatang pada masa pancaroba birahi tidak dapat diperhitungkan dan diatur, sampai suatu subuh  Gembul harus berkelahi dengan kucing tetangga dan perkelahian itu sangat sengit, suara lengkingan kesakitan atau suara erangan kucing jantan sangat mengganggu pemilik rumah, apalagi kali ini perkelahian mengakibatkan pecahnya pot bunga yang berisikan tanaman kesayangan pemilik rumah yang baru beberapa hari dibelinya di pasar khusus tanaman hias dengan harga yang cukup untuk membayar uang muka mobil kreditan.
Gembul terdiam disudut teras ketika pintu ruang depan dibuka, kucing tetangga berlarian melompat pagar, pecahan pot keramik berserakan bersamaan dengan media tanah, tanaman bunga hancur terinjak, keadaan teras benar-benar kotor, ditangan pemilik rumah sudah ada sapu ijuk, dia hanya melihat sekeliling sambil menyapu lantai, wajahnya tidak gembira, rahangnya mengeras, setelah selesai menyapu lantai dan membuang tanaman rusak, kakinya melangkah mendekat kea rah Gembul yang tertunduk takut, dibelakangnya dekat pintu Nampak Pretty mengikuti  dan kemudian terlihat  sapu ijuk terangkat dan siap mengarah ke Gembul dan suara jejagkan kaki ke lantai mengagetkan sambil cepat berdiri Gembul berlari menghindar “  keluar kau Gembul “ hanya itu dan setelah itu  Gembul tidak lagi dapat melihat Pretty, pagi itu piring makanya pun sudah tidak terisi kembali .

Didalam rumah Pretty berlari kekolong kursi, dia berlindung dari perasaanya, dia tidak tau bagaimana setelah kejadian ini, Pretty sangat menyesali kejadian itu, mengapa Gembul harus berkelahi seperti itu, cemburukan dia kepada kucing tetangga yang mencoba merayu dari luar pagar, ada perasaan bangga juga dalam dirinya, rupanya Gembul memang ingin melindungi dirinya, bayangkan jika tidak ada Gembul mungkin dirinya juga sudah mencari jalan untuk keluar rumah agar bisa memenuhi birahi yang memang pada masa pancaroba, beruntung Gembul bisa memenuhi naluri birahinya di garasi dan beberapa kali terulang ketika pemilik rumah lengah sekejab.
Prety masih belum percaya bagaimana pemilik rumah bisa berbuat seperti itu, makanan Gembul tidak lagi disediakan, bahkan piringnyapun sudah teronggok ditempat sampah. Belum lagi pintu ruang depan  seakan merupakan garis yang tidak boleh dilewati, sampai kapan Gembul boleh masuk mendiami teras depan lagi, apakah dia kembali ke tepi danau atau Cuma menunggu ditepi jalan, Pretty tidak dapat menerka, semakin mengira-ngira semakin sesak dadanya.
Sudah hampir beberapa waktu Pintu ruang depan masih terlarang bagi Pretty dan dia hanya bisa keluar rumah apabila si pemilik rumah berolah raga di tepi danau atau  melakukan kegiatan dengan membawa dirinya dan ituppun menjadi sangat protektif, apabila ada kucing lain melintas atau mendekat segera Pretty diangkat dan digendong.
Berat tubuh Pretty semakin bertambah, gerakannya mulai lamban bahkan menjadi pemalas sehingga pemilik rumah khawatir Pretty akan menjadi obesitas sehingga sering kali dipaksanya Pretty ikut berlari bila berolah raga ditepi danau tapi Pretty lebih sering diam dan lebih senang menunggu sehingga lama kelamaan pemilik rumah menjadi curiga akan perubahan kelakuan Pretty dan dibawanya Pretty ke dokter hewan.
“ kucing anda hamil “
“ bagaimana mungkin, selama ini selalu saya kurung dirumah “
Pemilik rumah segera menebus resep dari dokter hewan, sampai dirumah dia mulai menghitung-hitung, siapakah yang menghamili Pretty dan satu-satunya kucing yang sering bermain denganya adalah Gembul dan itu juga sudah lama dan akhirnya dia berkesimpulan bahwa kehamilan Pretty harus dijaga.
Pretty sekarang menjadi pemalas tapi pelahap makan, sesekali gerakan tubuhnya dicobanya melompat dari kursi ke lantai tapi jatuhnya terasa tidak nyaman lagi sampai suatu malam sebelum suara tukang nasi goreng keliling lewat Pretty merasakan perutnya mulas, disebuah kardus yang sudah disiapkan pemililk rumah lengkap dengan permadani dari pakaian bekas disitu ketuban Pretty pecah dan tidak lama kemudian tiga kepala kecil sudah ada didekapannya, dibersihkannya bekas-bekas cairan dan kotoran saat tiga kepala mungil itu tiba menghirup udara bumi,

Pretty begitu bahagia, muncul bayangan Gembul yang samar-samar, dimanakah dia sekarang, akan senangkah dia bila mengetahui bahwa benih yang disemai di garasi itu telah menjelma menjadi tiga kepala mungil kucing yang sehat dan lucu, Pretty tubuhnya tergolek malas sambil mengibas-ngibas ekornya bergoyang, diantara kaki depan dan belakang nampak tiga kepala mungil dengan gerakan kaku saling mendesak-desak diperutnya, suara erangan pelan sesekali terdengar, mulut-mulut mungil berebut mencari putting diperutnya, ya tiga kucing kecil semakin jelas dimatanya, satu berwarna hitam dengan dipadu putih disekitar telinga dan paha, satu berwarna hitam kuning dan putih mirip pemilik putting, dan satu domiman putih dengan bercak kuning sedikti dibagian punggung.


next.
Sepinya Hati Preman (Trilogi-1)
Preman Pasar (Trilogi-3)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar