Kamis, 22 Januari 2015

Pagerwangi - (ciumbeluit - Lembang rute jalan kaki yang mengasikan) - Bagian 1

Dimulai dari Ciumbuleuit 


Jika ada rutinitas yang selalu menggoda untuk dilakukan pada saat tidak ada kegiatan lain maka salah satu yang membuat diriku menjadi kecanduan adalah jalan kaki menyusuri  menuju lembang  dan melewati desa yang salah satunya adalah desa "pagerwangi".
Dimulai dari Ciumbuleuit sebuah kelurahan yang banyak orang mengenalnya dan merupakan daerah yang layak untuk tempat tinggal dan kebetulan juga disitulah aku berada.










Sebuah rutinitas dimana sejak suara  azan  subuh berhenti berkumandang dan cahaya lembayung fajar sedikit belum berani menembus pekatnya kabut,aku sudah bersiap untuk melangkahkan kakiku, menyapa tetangga atau kenalan di bunderan ujung jalan adalah hal yang juga melengkapi suasana pagi, 



aku tidak pernah menghitung berapa kali rutinitas ini dijalankan tetapi setiap sudut pandangku kearah bukit atau lembah  disekelilingku adalah kebahagiaan yang rutin kurasakan, menikmati dan merasakan liarnya angin berhembus, menikmati kabut yang mengambang menyelinap disetiap lekukan lembah dan tebing, kadang menutupi puncak gunung, kadang memerah ditembus cahaya matahari semua itu adalah kebahagiaan.




Tidak peduli apakah orang lain juga bisa menikmatinya dan yang pasti seluruh tubuh terasa segar, keringat pagi menjadi terasa sejuk dibadan dan rasa egois untuk menikmati alam ini muncul tidak bergeming menutup seluruh kejenuhan rutinitas kerja.

Percaya diri bahwa apa yang tampak disekelilingku ini akan membunuh semua kebosanan mata didepan layar monitor komputer, menyingkirkan memo ataupun email yang setiap kali muncul lebih banyak soal perintah dan permintaan, saat ini jadilah diri sendiri yang menikmati keindahan lukisan Tuhan di ciumbuleuit. 










Udara dingin masih terasa walaupun jalan mulai menanjak, hembusan napas semakin memburu ditandai dengan berhembusnya uap air dari mulut setiap orang yang menghembuskan napas, bagaikan asap rokok tetapi tidak mengepul lama.
Saling sapa pejalan yang berpapasan ataupun medahului adalah sangat maklum, banyak diantaranya hanya mengenal wajah karena seringnya berpapasan tetapi semangat yang ditimbulkan dalam sapaan adalah semangat kekeluargaan, hangat dikedinginan alam.













Bagi yang pertama menyusuri jalan ini hanyalah akan mengudang kebosanan, untuk itu diperlukan ketertarikan akan suasana dan keingintahuan, memang sukar memahami akan kebiasaan orang lain tetapi mencoba meniru kebiasaan baik bukan tidak mungkin akan mendatangkan ketertarikan, demikian juga ketika pertama kali melakukan kegiatan ini, langkah kakiku hanya sebatas ingin tahu saja sehingga jarak yang ditempuh hanya dalam hitungan beberapa menit tetapi hal itu berubah ketika semakin lama semakin banyak orang tersenyum menyapa ketika berjalan, sebaik inikah alam bisa membuat orang menjadi sangat ramah.
Apalagi bila ada yang orang lain yang seiring berjalan dimana  usianya jauh diatasku atau jauh dibawahku tetapi semangat dan gerakan tubuhnya membuat sedikit cemburu, bayangkan seorang nenek berlari kecil dengan peluh membasahi tubuh dengan santainya menyapaku sambil tersenyum " duluan ya nak " atau seorang anak belasan tahun yang berjalan atau berlalri menanjak sambil mengatakan " permisi kang, duluan ya " sambil tidak lupa melempar senyum.


Kebiasaan ini akhirnya berlanjut, hampir setiap minggu pagi apabila cuaca dan kesehatan tidak menjadi penghalangi, muncul tuntutan didalam diri untuk bergegas menyusuri jalan ini dan akhirnya bagaikan candu yang tidak bisa terpisahkan, berjalan kaki sendiri atau bersama orang lain ditempat ini adalah sebuah kebahagiaan ayang sangat sederhana dan itu semua dimulai dari ciumbuleuit,



























sesi jalan kaki ini akan dilanjutkan di bagian 2, dimana keramaian pasar minggu pagi  menjadi daya tarik tersendiri, tempat itu disebut Punclut.










Tidak ada komentar:

Posting Komentar