Kamis, 22 Januari 2015

Pagerwangi - (Ciumbuleuit - Lembang rute jalan kaki yang mengasikan )-bagian 3

Desa Pagerwangi 







Jalan sedikit mendatar setelah melewati keramaian punclak punclut, matahari belum lagi lantang menerobos awan, embun pagi masih bertengger berkilauan di dedaunan dan hamparan rumput liar, semilir angin meneruskan kesejukan hati, merasakan keintiam antara remang pagi dan hembusan embun membuat tubuh harus bergerak lebih banyak agar seluruh udara bersih mampun masuk kedalam rongga paru-paru sampai kembali dihembusan dari mulut dan mengambang bersama udara.



Bercengkerama dengan kedamaian pagi sejak berangkat dari ciumbuleuit subuh tadi akhirnya kembali terperangkap didalam keindahan yang dibalut dengan suasana damai di desa Pagerwangi yang tersenyum menyambut siapa saja yang melewati, yang menggetarkan rumput dan daun lewat langkah kaki dan melontarkan butiran embun berpindah tempat atapun hilang jatuh ke tanah.
Disinilah diri akan menjadi sejajar dengan awan yang menari indah terbawa angin, merasakan bagai burung terbang melintas lebih tinggi diatas awan bukanlah hanya impian, 
















Menggapai awan bukan menjadi alasan untuk tidak berani berlama-lama menikmati, keinginan untuk terbang melintas diantara kerumunan awan bukan hanya milik anak-anak, disini jiwa akan kembali mengakui bahwa inilah ciptaanNYA.




Suara petikan kecapi mulai sayup terdengar, mang Udin yang setia menyambangi dengan alunan kecapi dan suaranya tanpa bosan bersenandung menyapa siapa saja yang lewat desa ini, senyum dan balasan ucapan tidak pernah lepas, bila ingin singgah menikmati atau hanya lewat bukanlah halangan bagi mang Udin untuk setia memberikan tambahan kedamaian hati dan sekumpulan rasa akan menyeruput perlahan diantara dentinga suara kecapi yang juga mengiringi burung burung kecil menari diantara bunga-bunga dan tanaman perdu.










Lelah ada terasa tetapi keindahan disekeliling desa ini telah menyulap rasa lelah menjadi rasa kagum dan bersyukur ataupun rasa beruntung bisa melewati desa Pagerwangi ini, setiap saat dengan rutinitas yang sama aku tidak pernah merasa bosan.
Rest area selanjutnya adalah tempat dimana kita bisa duduk sambil menikmati bandrek hangat dan pisang goreng panas atapun penganan tradisionil lainnya, dari sini hirupan bandrek masuk kedalam tenggorokan akan lebih terasa hangat apabila mata kita dilayangkan kesekeliling tempat ini, begitu indahnya dan nikmatnya dibalut keramah tamahan penjual dan pengunjung.
Saling sapa apabila merasa hampir setiap saat ketempat ini bertemu ataupun mereka yang baru memulai untuk menikmati tempat ini.
Ternyata Tuhan memberikan keindahan alam ini tanpa batas dan tanpa bayar untuk dinikmati dan dijaga tentunya.















sebuah desa sederhana dengan tata letak rumah yang mengikuti kontur tanah, beberapa rumah sudah mulai mengikuti arsitektur modern dengan mencoba memadukan suasana sekeliling masuk kedalam gaya arsitekturnya walaupun pemiliknya bukan asli desa ini tetapi keberadaannya bisa menjadikan desa ini tambah semarak dan selebihnya masih kebanyakan rumah desa dengan gaya sederhana sesuai dengan kondisi sosial lingkungannya





















Aku belum sempat mengapa desa ini dinamakan Pagerwangi tetapi kenyataannya sampai aku masih sering lewat desa ini arti kata wangi bisa jadi merupakan terjemahan dari indah dan sejuknya tempat ini.
Jangan berlama-lama di rest area karena perjalanan harus dilanjutkan dan jalan masih memerlukan stamina yang segar selepas dari lapangan bola karena tanjakan yang cukup panjang dan pasti melelahkan, tetapi  tidak perlu harus cepat-cepat agar napas dapat lebih teratur, rilek dan perlahan walaupun agak memakan waktu yang penting sampai diujung tanjakan dan jangan lupa untuk menikmati indahkan lukisan alam di kiri kanan,






























Mungkin ini hanya perasaanku saja, belum tentu orang lain akan berpendapat sama bila melewati desa Pagerwangi tetapi keindahan dan kedamaian hati ketika berada di desa ini tidak ada salahnya disampaikan, barangkali saja ada diantara pembaca yang lebih mengerti bagaimana alam negeri ini menyapa kita dengan penuh senyum dan pelukan hangat, akankah kita hanya terdiam tanpa bereaksi ketika didalam jiwa ini begitu berbahagia mendapat sambutan seperti alam Pagerwangi ini.
Terima kasih Tuhan.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar