Jumat, 04 April 2014

Pursuit the light at Tanjung Lesung

melenalah tubuh ini, mengendurkan semua otot dalam dekapan alam, menjauhkan rutinitas bukan soal mudah, secara phisik bisa dilakukan tetapi apakah isi kepala bisa begitu saja dipindahkan, pasti bisa karena ada dorongan dan keadaan, setelah melewati jalan sedikit mulus toll jakarta merak maka isi kepala mulai mencair lari dari rutinitas ibu kota, bersama lubang dan derit mesin kendaraan, meliau liuk menghindari kendaraan lain, 
mengoceh sambil berdendang, memilih mana makanan yang pantas untuk perut, semua itu melelehkan otak kembali manjadi encer, bahasa tubuh dan bahasa mulut lepas tanpa kendali, boleh saja berteriak ataupun diam asalkan tetap dalam tujuan, keahlian mencari mulusnya jalan bisa dilakukan sesering mungkin agar guncangan dikendaraan sedikit mungkin, hijau daun dan debu biarkan saja, toh semua demi mengencerkan isi kepala, hampir mencapai lima jam dengan berbagai ragam keindahan dan kekurangan lokal terlewati, mulailah memasuki gerbang kesendirian dalam sunyi, ya tanjung lesung terasa sudah.


Sinar sempurna itu  matahari.
dikejar pada ujung fajar

memantul, membias, mewarnai 
jangan ragu melihat atas




Jangan menolak usapan angin
henduslah
sapalah biru laut
geluti pasir pantai
cumbulah
Kapanpun cahaya datang, adalah anugerah.
nikmatilah dan syukurilah













The painting was created with love 
in the air, 
in the wind, 
in the blue sea, 
in the white sand, 
on the green grass,
in the water
do not fight the wind caressing, 
air touch, 
welcomed the blue sea, sandy beach embrace 









pursuit the light at Tanjung Lesung
only the sun that can provide the perfect light to see the nature
which brings us to see the beautiful paintings of the Creator 
you should feel free to worship and give us the strength of his existence


Whenever the light comes is a gift 
enjoy it and blessing.













Tidak ada komentar:

Posting Komentar